![]() |
Nampak Presiden AS Donald Trump (kiri) dan Presiden China Xi Jinping. AS saat ini berada jauh dibawah level Tiongkok. Foto : Eddie Lim/Meli Purba |
Star News INDONESIA, Sabtu, (05 Juli 2025). JAKARTA - Serangan udara AS–Israel terhadap tiga situs nuklir Iran dalam Operation Midnight Hammer dianggap gagal total oleh para analisis China, yang menyimpulkan Washington tidak mampu menghancurkan infrastruktur bawah tanah Iran dan kini menjadi sasaran pengamatan strategis Beijing.
Serangan Hanya Tunda Sementara
Laporan awal lembaga intelijen AS (Defense Intelligence Agency) menyebut serangan tersebut hanya menunda program nuklir Iran beberapa bulan, tidak memusnahkannya — klaim yang bertentangan dengan pernyataan presiden yang mengklaim telah “menghancurkan total” situs nuklir.
Pentagon sendiri mengakui kemajuan hanya satu hingga dua tahun dalam membalas melalui media seperti Al Jazeera .
Struktur Bawah Tanah Iran Tahan Serangan
Situs Fordow yang berada 80–100 m di bawah permukaan, dilindungi beton superkuat dan pertahanan canggih, berhasil lolos dari penghancuran total meski diserang menggunakan Massive Ordnance Penetrator (GBU‑57).
China Pantau dan Pelajari Taktik AS
Media Global Times dan analis Beijing mengecam AS atas tindakan militer yang dianggap permukaan, strateginya terlalu terang-terangan, dan gagal mencapai target bawah tanah — “tidak akan menghentikan niat nuklir Tehran”.
Ini menjadi sumber data penting untuk intelijen Tiongkok mengevaluasi efektifitas bom bunker-buster dan taktik penyergapan militer AS.
Washington ‘Dipancing’ Bertempur Langsung
Dengan mengandalkan serangan udara tanpa dukungan darat atau intel mendalam, AS terlihat terburu-buru. China menilai ini perang yang diinginkan AS melawan Iran, namun melatih Beijing dalam memahami kelemahan intelijen senjata presisi Washington.
Pelajaran Bagi Beijing Menjelang Konfrontasi Global
China melihat momentum ini sebagai “laboratorium nyata”. Beijing mengamati cara AS merespons sistem pertahanan berlapis, manajemen informasi intel, dan batas kemampuan cakupan serta pendalaman operasi militer jangka panjang. Kesimpulannya: kemampuan militer AS “jauh di bawah level Tiongkok dalam hal teknologi under-the-radar dan penetrasi infrastruktur bawah tanah.”
Penulis : Eddie Lim
Editor : Meli Purba