![]() |
Mampukah Rusia, China, dan Korea Utara Hadapi Israel? AS-Israel merupakan Aliansi Militer terkuat didunia saat ini. |
Star News INDONESIA, Minggu, (22 Juni 2025). JAKARTA - Ketegangan di Timur Tengah meningkat tajam setelah Israel melancarkan serangan besar-besaran terhadap situs-situs nuklir Iran pada 13 Juni 2025.
Sejak itu, dunia menyoroti kemungkinan keterlibatan negara-negara besar seperti Rusia, China, dan Korea Utara dalam konflik terbuka melawan Israel—yang secara otomatis juga menghadapi Amerika Serikat sebagai sekutu utamanya.
Namun, menurut sejumlah data resmi internasional dan analisis strategis, potensi blok Timur tersebut untuk benar-benar berperang melawan Israel dan AS sangat kecil, meskipun secara militer mereka punya kekuatan besar.
Rusia, misalnya, mengutuk serangan Israel sebagai "tanpa provokasi dan ilegal", namun belum menunjukkan tanda-tanda keterlibatan militer langsung. Rusia saat ini fokus pada konflik di Ukraina dan upaya diplomatik dengan China, serta menawarkan diri sebagai mediator.
Sementara itu, China mempertahankan posisi netral namun menegaskan pentingnya stabilitas di Asia Barat. China menolak aksi sepihak Israel, tapi lebih memilih pendekatan diplomatik untuk menjaga kepentingan ekonominya dengan Iran.
Korea Utara, yang dikenal dengan retorika kerasnya, menyebut Israel sebagai “kanker global”, tetapi hanya sebatas dukungan propaganda. Tidak ada bukti bahwa Pyongyang siap atau mampu menurunkan pasukan ke kawasan Timur Tengah.
Jika ketiga negara tersebut memutuskan untuk masuk ke medan perang secara langsung, mereka menghadapi tantangan logistik global dan konfrontasi langsung dengan aliansi militer paling kuat di dunia — yaitu AS dan Israel.
Menurut laporan Global Firepower dan data SIPRI 2024:
* AS memiliki anggaran militer tertinggi di dunia, hampir $880 miliar.
* Israel memiliki sistem pertahanan udara tercanggih seperti Iron Dome, Arrow 3, dan kemungkinan besar 80-90 senjata nuklir.
* Rusia dan China memang memiliki rudal nuklir dan pasukan besar, tetapi belum pernah melakukan operasi militer gabungan skala global.
* Korea Utara memiliki jumlah pasukan besar namun persenjataan konvensionalnya sudah usang dan belum terbukti efektif di luar kawasan Asia Timur.
Para analis militer menyimpulkan bahwa meskipun kekuatan militer Rusia-China-Korut besar secara teori, namun mereka kekurangan koordinasi global dan kesiapan logistik.
"Blok ini bisa menciptakan tekanan politik dan retorika keras, tetapi memulai perang langsung melawan AS dan Israel akan berujung pada kehancuran bersama," ujar analis keamanan global dari Rand Corporation, Mei 2025 lalu.
Dengan demikian, ketiga negara tersebut kemungkinan besar tetap memilih jalur diplomatik dan pengaruh geopolitik, dibanding menyeret diri mereka ke dalam perang besar yang bisa berakhir pada bencana nuklir dunia.
Penulis : Deni Suprapto
Editor : Maria Patricia