Star News INDONESIA, Senin, (26 Agustus 2024). JAKARTA - Mesin ketik, salah satu penemuan revolusioner di bidang teknologi, memiliki sejarah panjang yang dimulai pada akhir abad ke-19.
Penemuan mesin ketik pertama kali dikembangkan oleh Christopher Latham Sholes, Carlos Glidden, dan Samuel W. Soulé pada tahun 1868.
Mesin ini, dikenal dengan nama Sholes and Glidden typewriter, atau sering disebut sebagai "Remington No. 1", adalah perangkat yang memperkenalkan tata letak keyboard QWERTY yang masih digunakan hingga hari ini.
Inovasi ini sangat mempengaruhi cara orang bekerja dan berkomunikasi. Sebelum adanya mesin ketik, penulisan dokumen dilakukan dengan tangan, yang memakan waktu dan sangat mempengaruhi produktivitas. Mesin ketik memungkinkan penulis untuk mengetik lebih cepat dan lebih akurat, mengubah cara pekerjaan kantor dilakukan secara dramatis.
Di awal abad ke-20, mesin ketik mengalami berbagai pembaruan dan perbaikan. Mesin ketik elektromekanis muncul pada tahun 1920-an dan menjadi standar di banyak kantor.
Perubahan-perubahan ini membuat mesin ketik semakin efisien dan ergonomis. Selain itu, mesin ketik manual yang lebih ringan dan portabel diperkenalkan, memungkinkan mobilitas lebih besar bagi pengguna.
Namun, dengan kemajuan teknologi komputer dan perangkat lunak pengolah kata, mesin ketik mulai kehilangan relevansinya.
Komputer dan perangkat digital lainnya menawarkan kecepatan dan fleksibilitas yang jauh melebihi mesin ketik. Namun, meski demikian, mesin ketik masih memiliki tempat khusus dalam hati banyak kolektor dan penggemar nostalgia.
Mesin ketik klasik sering dianggap sebagai simbol keanggunan dan kerajinan tangan, dan sering digunakan dalam konteks artistik atau sebagai barang antik.
Dalam era digital saat ini, mesin ketik mungkin tidak lagi menjadi alat utama untuk penulisan dokumen, tetapi sejarah dan dampaknya pada evolusi teknologi dan cara kita bekerja tetap tak ternilai harganya. Mesin ketik bukan hanya sebuah alat; ia adalah simbol dari inovasi yang mengubah dunia kerja dan komunikasi.
Penulis : Renny E Sulastri
Editor : Meli Purba