Ekspor Sawit Terancam! Ini Dampak Tarif Baru Amerika Serikat
ⒽⓄⓂⒺ

Ekspor Sawit Terancam! Ini Dampak Tarif Baru Amerika Serikat

Selasa, Juli 08, 2025
Tarif Impor AS Naik, Industri Sawit RI Hadapi Ancaman Serius. Foto : Sultan Hafidz/Regina Panjaitan


Star News INDONESIASelasa, (08 Juli 2025). JAKARTA - Industri sawit Indonesia menghadapi tekanan besar setelah Amerika Serikat menetapkan tarif impor baru sebesar 32% terhadap komoditas utama seperti minyak sawit mentah (CPO). 


Kebijakan tersebut dinilai dapat menurunkan volume ekspor sawit ke Negeri Paman Sam sebesar 15–20%, menurut pernyataan resmi Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (GAPKI).


Sekretaris Jenderal GAPKI, Hadi Sugeng, dalam pernyataannya kepada Reuters, menyebutkan bahwa kebijakan tarif baru ini berisiko menggerus daya saing ekspor sawit Indonesia di pasar global, khususnya di AS, 


"Jika tarif sebesar itu diterapkan terus, kami memprediksi ekspor bisa turun antara 15 hingga 20 persen," ujar Hadi.


Kebijakan ini merupakan bagian dari program tarif balasan (reciprocal tariff) yang diumumkan pemerintah AS sejak April lalu. 


Selain sawit, produk-produk lain asal Indonesia seperti karet, tekstil, dan alas kaki juga terkena imbas dari kebijakan proteksionis terbaru ini.


Menanggapi hal tersebut, pemerintah Indonesia segera mengambil langkah diplomatik. Kementerian Perdagangan RI mengirim delegasi khusus ke Washington untuk melakukan negosiasi lanjutan guna mencari jalan tengah atas tarif yang dinilai memberatkan sektor ekspor nasional tersebut.


"Kami sedang menjalin komunikasi intensif dengan pihak US Trade Representative (USTR) dan Kementerian Perdagangan AS. Harapannya, akan ada pembahasan ulang terkait tarif 32% itu," kata salah satu pejabat Kemendag yang dikutip dari IDX Channel.


Ekspor minyak sawit ke AS selama ini hanya menyumbang sekitar 3% dari total ekspor sawit Indonesia, namun nilainya tetap signifikan bagi pelaku usaha, terutama untuk diversifikasi pasar non-tradisional. Penurunan ekspor ke pasar AS dikhawatirkan berdampak domino pada sektor tenaga kerja dan pendapatan negara dari sektor agrikultur.


Analis perdagangan internasional memperingatkan bahwa jika negosiasi gagal, Indonesia perlu memperkuat penetrasi pasar lain seperti Tiongkok, India, dan negara-negara Timur Tengah untuk mengimbangi potensi kerugian dari pasar AS.


Situasi ini menjadi ujian diplomasi dagang Indonesia di tengah meningkatnya tensi proteksionisme global. Pemerintah diharapkan mampu merespons cepat dan strategis untuk menjaga stabilitas industri sawit nasional yang selama ini menjadi salah satu tulang punggung ekspor Indonesia.


Penulis : Sultan Hafid

Editor : Regina Panjaitan

πŸ…΅πŸ…ΎπŸ†ƒπŸ…Ύ πŸ†ƒπŸ…΄πŸ†πŸ…±πŸ…°πŸ†πŸ†„ :




Bagikan ini ke

ⓈⒽⒶⓇⒺ :

Komentar Anda

TerPopuler