![]() |
Star News INDONESIA, Rabu, (16 April 2025). JAKARTA - Pi Network adalah proyek cryptocurrency yang diluncurkan oleh tim dari Stanford University pada tahun 2019, dengan misi utama membawa aset digital ke lebih banyak orang lewat proses penambangan (mining) yang ramah pengguna dan tidak memerlukan perangkat keras khusus. Berbeda dengan Bitcoin atau Ethereum, yang membutuhkan energi besar dan alat mahal, Pi Network cukup dijalankan dari ponsel pintar.
Aplikasi Pi memungkinkan pengguna untuk "menambang" hanya dengan membuka aplikasi setiap 24 jam dan menekan tombol. Aktivitas ini lebih menyerupai bukti partisipasi daripada bukti kerja (proof of work) seperti pada sistem kripto tradisional.
Namun, sejak diluncurkan, banyak yang bertanya-tanya: apakah Pi Network benar-benar punya masa depan? Sampai awal 2025, Pi Network masih berada dalam fase “enclosed mainnet,” yang artinya pengguna belum bisa memperdagangkan koin mereka secara bebas di pasar terbuka. Tim pengembang beralasan bahwa fase ini penting untuk membangun ekosistem yang kuat dan mencegah manipulasi harga.
Dari satu sisi, Pi Network punya potensi besar karena basis pengguna yang mencapai puluhan juta orang. Tapi di sisi lain, skeptisisme tetap tinggi karena belum ada kejelasan kapan koin ini bisa diuangkan secara nyata. Banyak pengamat menyarankan pengguna untuk tetap berhati-hati dan realistis, sambil menunggu perkembangan resmi dari tim Pi Core.
Kesimpulannya, Pi Network adalah eksperimen sosial dan teknologi yang menarik. Apakah ini akan menjadi revolusi baru dalam dunia kripto, atau hanya tren sesaat yang akan meredup? Waktu yang akan menjawab.
Penulis : Cheryil Apriani
Editor : Maria Patricia