Traveling Bukan Sekadar Gaya Hidup: Ini Alasan Banyak Orang Suka Melakukannya
ⒽⓄⓂⒺ

Traveling Bukan Sekadar Gaya Hidup: Ini Alasan Banyak Orang Suka Melakukannya

Senin, Agustus 25, 2025
Traveling dan arti kehidupan, alasan di balik kecintaan manusia berpetualang. Foto : Vanya Agustyna/Septian Maulana


Star News INDONESIASenin, (25 Agustus 2025). JAKARTA - Di tengah kemajuan teknologi dan percepatan ritme hidup urban, fenomena traveling justru mengalami lonjakan minat yang luar biasa. 


Dari backpacker muda hingga eksekutif mapan, dari perjalanan lokal ke desa terpencil hingga eksplorasi lintas benua, tren ini menunjukkan satu hal: traveling bukan sekadar gaya hidup—ia adalah kebutuhan jiwa.


Menurut data dari World Tourism Organization (UNWTO), lebih dari 1,5 miliar perjalanan internasional tercatat setiap tahunnya sebelum pandemi, dan kini angkanya kembali mendekati level tersebut. Tapi mengapa orang terus-menerus terdorong untuk bepergian?


Lebih dari Instagram dan Foto Pemandangan


Banyak yang mengira traveling hanya soal konten media sosial—mengabadikan momen di tempat eksotis. Namun, survei global menunjukkan hal sebaliknya. Motivasi utama orang traveling adalah pengalaman baru, pelarian dari rutinitas, dan pencarian makna.


"Traveling memberi saya perspektif hidup yang berbeda," ujar Dira Sari, seorang pekerja kreatif yang rutin mengambil cuti untuk berkeliling Asia Tenggara. "Ketika bertemu orang baru dan melihat budaya lain, saya merasa lebih 'hidup'."


Kebutuhan Dasar dalam Balutan Modern


Psikolog menyebutkan bahwa keinginan untuk menjelajah adalah bagian dari kebutuhan manusia akan aktualisasi diri, seperti dijelaskan dalam teori Maslow. Dalam dunia yang makin digital dan serba cepat, traveling menjadi satu-satunya cara untuk disconnect to reconnect—memutuskan diri dari kesibukan dan terhubung kembali dengan diri sendiri.


Industri yang Menyentuh Banyak Sektor


Traveling juga menjadi pendorong ekonomi lintas sektor: pariwisata, kuliner, transportasi, hingga UMKM lokal. Di banyak negara, sektor ini bahkan menjadi tulang punggung perekonomian.


"Ketika seseorang traveling, mereka tidak hanya membeli tiket pesawat. Mereka menginap, makan, membeli suvenir, menyewa pemandu lokal. Ini menciptakan ekosistem ekonomi yang hidup," jelas Dr. Anton Hadi, pakar pariwisata.


Sebuah Kebutuhan, Bukan Kemewahan


Hari ini, traveling tidak lagi eksklusif untuk kalangan berada. Hadirnya platform digital, tiket promo, hingga tren work from anywhere membuat aktivitas ini semakin inklusif.


Maka, menyebut traveling hanya sebagai gaya hidup terasa kurang tepat. Ia adalah bentuk pencarian diri, jembatan budaya, dan perwujudan dari keinginan terdalam manusia: menjelajahi dunia dan menemukan tempatnya di dalamnya.


Jadi, jika Anda merasa jenuh, lelah, atau sekadar ingin menemukan inspirasi baru—mungkin saatnya untuk tidak hanya membaca artikel tentang tempat-tempat indah. Mulailah perjalanan Anda. Karena traveling, pada akhirnya, bukan soal pergi jauh. Tapi soal pulang dengan versi diri yang lebih utuh.


Penulis : Vanya Agustyna

Editor : Septian Maulana

𝓕𝓸𝓽𝓸 𝓣𝓮𝓻𝓫𝓪𝓻𝓾 :




Bagikan ini ke

ⓈⒽⒶⓇⒺ :

Komentar Anda

TerPopuler