![]() |
Riset Terbaru: 60 % Kelas Atas Indonesia Streaming di Spotify—Apa Isi Playlist-nya? |
Star News INDONESIA, Kamis, (26 Juni 2025). JAKARTA - Dari kafe artisan di SCBD hingga ear-buds para komuter di MRT, kebiasaan plug-in & play tidak lagi sekadar hiburan; ia telah menjelma menjadi gaya hidup yang memengaruhi citra, jaringan, bahkan status sosial masyarakat urban Indonesia.
Streaming: Simbol Mobilitas & Kapital
Laporan Indonesia Millennial & Gen-Z Report 2024 menunjukkan Spotify mendominasi pasar streaming Tanah Air.
Menariknya, 60 persen pengguna aktif platform ini berasal dari kelompok pendapatan tertinggi (SEC A), jauh di atas SEC C yang hanya 46 persen. Angka ini menegaskan bahwa cara kita mengakses musik kini juga merefleksikan kelas ekonomi digital.
“Berlangganan platform premium memberi kesan always on-demand—sejalan dengan etos produktivitas kelas menengah-atas,” ujar analis gaya hidup digital, Rani Pradipta, dihubungi Tempo.
Musik Klasik & Jazz: Tetap Beraroma Eksklusif
Meski algoritma streaming kian mendemokratisasi selera, persepsi ‘musik kelas atas’ ternyata belum luntur. Penelitian Sosial Universitas Gadjah Mada (2024) menegaskan bahwa musik klasik masih identik dengan selera high-brow karena membutuhkan “modal budaya” untuk benar-benar diapresiasi.
Di ranah hiburan live, jazz menempati posisi serupa. Sejarah panjangnya—dari klub swing 1930-an hingga festival berlabel VIP—menciptakan citra eksklusif.
Situs Abadikini.com bahkan menyebut jazz “kerap dianggap hanya bisa dimengerti kalangan elite dan terdidik”.
Gaya Hidup 360°
Para profesional muda mengaku menyusun playlist berbeda untuk co-working, gym, hingga perjalanan akhir pekan.
“Musik jadi signature personal—mirip fashion,” kata psikolog budaya pop, Andhika Bima. Tren itu didorong fitur Wrapped dan Blend yang memungkinkan pengguna memamerkan kecenderungan musiknya ke media sosial.
Di sisi lain, kalangan kreatif mendorong omnivorous listening: seni memasukkan Beethoven ke dalam playlist Lo-Fi atau menyelipkan John Coltrane di antara K-Pop.
“Sekarang ‘kelas atas’ bukan soal satu genre saja, tetapi tentang kemampuan kurasi lintas-genre,” jelas Andhika.
Dampak Ekonomi Kreatif
Badan Pariwisata & Ekonomi Kreatif mencatat, penjualan tiket konser naik 18 persen YoY, dengan kontribusi terbesar dari segmen premium seating festival jazz dan resital orkestra.
Hotel bintang lima mulai menawarkan paket *suite + private recital*, menegaskan korelasi langsung antara musik dan gaya hidup mewah.
Jadi, Genre Musik Kalangan Atas Itu Apa?
Secara historis, musik klasik masih menjadi “gold standard” selera elite, disusul jazz sebagai simbol intelektualitas urban. Namun di era streaming, status tersebut kian bersifat performatif: siapa pun bisa mengakses, tapi hanya sedikit yang sengaja memamerkan pengetahuan mendalam—entah lewat langganan audio lossless, koleksi vinil, atau cerita di balik setiap komposer.
Bottom line: Mendengar musik hari ini bukan cuma urusan telinga, melainkan pernyataan identitas di era ekonomi atensi. Genre boleh bebas, tetapi cara menikmatikannya—platform, perangkat, dan narasi personal—adalah kode sosial baru yang terbaca jelas di saku celana dan linimasa media sosial Anda.
Penulis : Litha Andayani
Editor : Meli Purba