![]() |
| Mata Uang Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC). Foto : Arsip Sejarah Nasional |
Star News INDONESIA, Rabu, (17 September 2025). JAKARTA - Istilah "duit" yang akrab di telinga masyarakat Indonesia dan Malaysia saat menyebut uang ternyata memiliki akar sejarah yang panjang. Kata tersebut berasal dari nama sebuah koin logam kecil yang pernah diterbitkan oleh Vereenigde Oostindische Compagnie (VOC), perusahaan dagang Belanda yang menguasai sebagian besar wilayah Nusantara dan Semenanjung Melayu pada abad ke-17 hingga 18.
VOC, sebagai kekuatan kolonial besar di Asia, mencetak berbagai jenis mata uang logam untuk mendukung aktivitas perdagangannya. Salah satu yang paling populer di kalangan rakyat adalah koin kecil dari tembaga bernama duit, yang nilainya sangat rendah, hanya fraksi kecil dari satu gulden—mata uang utama Belanda kala itu.
Kecil, Murah, dan Banyak Beredar
Koin duit memiliki ukuran kecil, biasanya berbahan tembaga, dan dicetak dengan simbol khas VOC—huruf "V", "O", dan "C" yang bertumpuk. Beberapa juga mencantumkan tahun pembuatan dan lokasi pencetakan, seperti "Batavia", yang kini dikenal sebagai Jakarta.
Karena nilainya yang rendah dan mudah diperoleh, koin ini menjadi alat transaksi utama bagi masyarakat lokal dalam kehidupan sehari-hari. Dalam waktu singkat, istilah duit pun mulai digunakan secara umum untuk menyebut "uang", dan bertahan hingga hari ini.
Warisan Bahasa Kolonial
Meskipun VOC bubar pada akhir abad ke-18, pengaruhnya terhadap budaya dan bahasa lokal tetap terasa. Kata "duit" adalah salah satu warisan linguistik yang masih digunakan di Indonesia dan Malaysia hingga kini. Tak hanya di pasar tradisional atau percakapan informal, istilah ini juga kerap muncul dalam media massa, lagu populer, bahkan film.
Sejarawan menyebut fenomena ini sebagai bagian dari memori kolonial yang melekat kuat dalam kehidupan masyarakat pasca-penjajahan.
"Ini contoh bagaimana kekuasaan kolonial tak hanya meninggalkan jejak fisik, tapi juga membentuk budaya dan bahasa lokal," kata seorang ahli sejarah Asia Tenggara dari Universitas Indonesia.
Dari VOC ke Dompet Digital
Menariknya, meski bentuk fisik duit telah lama menghilang dari peredaran, istilah tersebut kini malah hidup dalam bentuk yang jauh lebih modern—seperti nama-nama aplikasi dompet digital. Di Indonesia, misalnya, istilah duit digunakan dalam nama produk teknologi finansial seperti "DANA", "OVO", dan "LinkAja", yang kerap mempromosikan fitur-fitur "transfer duit" atau "kirim duit".
Hal ini menunjukkan bagaimana warisan kolonial bisa berevolusi dan tetap relevan dalam konteks teknologi dan ekonomi modern.
Penulis : M. Rahmat
Editor : Fajar Ali

