![]() |
Ekonomi Global Bergejolak Akibat Tarif Baru Presiden Trump. Foto : Reuters |
Star News INDONESIA, Jumat, (01 Agustus 2025). JAKARTA - Presiden ke-45 Amerika Serikat, Donald J. Trump, kembali membuat gebrakan di panggung ekonomi global dengan memberlakukan tarif impor besar-besaran terhadap puluhan negara.
Langkah ini menjadi bagian dari strategi agresifnya untuk “menata ulang” struktur perdagangan internasional yang dinilainya tidak adil bagi Amerika Serikat.
Dalam pidatonya di Gedung Putih pada Rabu (31/7), Trump menegaskan bahwa tarif ini diperlukan untuk “melindungi industri Amerika dan membawa pulang pekerjaan bagi rakyat AS.” Ia menuduh banyak negara telah selama bertahun-tahun memanfaatkan kebijakan perdagangan yang longgar demi keuntungan mereka sendiri.
“Kita tidak akan membiarkan negara-negara lain mempermainkan sistem lagi. Ini tentang keadilan dan kedaulatan ekonomi,” kata Trump dengan nada tegas.
Langkah ini mencakup tarif baru sebesar 20% hingga 60% terhadap berbagai produk ekspor dari negara-negara seperti Tiongkok, Jerman, Meksiko, Kanada, dan bahkan beberapa negara berkembang. Produk yang terdampak meliputi baja, kendaraan, barang elektronik, hingga hasil pertanian.
Reaksi Global
Reaksi dari komunitas internasional tidak menunggu lama. Uni Eropa menyebut kebijakan ini “provokatif dan merusak stabilitas ekonomi dunia”, sementara pemerintah Tiongkok langsung mengumumkan rencana pembalasan dengan tarif serupa terhadap barang-barang dari Amerika Serikat.
Di pasar keuangan, ketidakpastian meningkat. Bursa saham global mengalami penurunan tajam, dan investor mulai mengalihkan dana mereka ke aset-aset aman seperti emas dan obligasi pemerintah AS.
Dampak ke Negara Berkembang
Negara berkembang, termasuk Indonesia, ikut mencemaskan kebijakan ini. Meski belum termasuk dalam daftar target utama, ketegangan dagang ini bisa memicu efek domino berupa gangguan rantai pasok global, penurunan permintaan ekspor, hingga potensi pelemahan mata uang.
Ekonom dari Bank Dunia, Sarah Liu, menyebut langkah ini sebagai “resiko sistemik” terhadap pemulihan ekonomi pasca-pandemi. “Jika eskalasi terus terjadi, dampaknya bisa sangat signifikan bagi negara berkembang yang bergantung pada ekspor,” ujarnya.
Banyak analis menilai kebijakan ini tak lepas dari strategi kampanye Trump menjelang Pilpres AS 2026. “Trump ingin tampil sebagai pelindung ekonomi rakyat Amerika. Tarif ini adalah simbol dari visinya: Amerika dulu dan sekarang,” kata John Keller, pengamat politik dari Georgetown University.
Sementara dunia menunggu langkah balasan, satu hal menjadi jelas: dinamika perdagangan global sedang berubah cepat, dan kebijakan Trump akan menjadi faktor kunci dalam arah perubahan tersebut.
Penulis : Tito Ibrahim
Editor : Burhanudin Iskandar