Wayang Kulit Adat Suran di Kepatihan Yogyakarta Angkat Kisah Spiritual Bratasena
ⒽⓄⓂⒺ

Wayang Kulit Adat Suran di Kepatihan Yogyakarta Angkat Kisah Spiritual Bratasena

Jumat, Juli 25, 2025
DIY gelar Wayang Kulit 'Tirta Maha Pawitra', ajak masyarakat renungi jati diri. [Foto : Kemalasari/Fajar Ali]


Star News INDONESIAJumat, (25 Juli 2025). YOGYAKARTA - Suasana khidmat menyelimuti Bangsal Wiyatapraja, Kompleks Kepatihan Yogyakarta, Jumat (25/07) malam, saat Dinas Kebudayaan DIY kembali menggelar Pagelaran Wayang Kulit Adat Suran. 


Dengan lakon berjudul Tirta Maha Pawitra, pertunjukan ini mengajak masyarakat merenungkan makna ujian hidup melalui perjalanan tokoh pewayangan legendaris, Bratasena.


Menghadirkan dalang muda berbakat Ki Faizal Noor Singgih, kisah ini bukan hanya menampilkan adegan-adegan heroik khas wayang kulit, namun juga membalutnya dengan pesan spiritual mendalam. 


Dalam sambutan yang dibacakan Paniradya Pati Kaistimewaan DIY, Aris Eko Nugroho, disebutkan bahwa lakon ini mencerminkan perjuangan manusia dalam mencari tidak hanya kesaktian lahiriah, tetapi juga pencerahan batin.


“Seperti Bratasena, kita pun kerap diuji oleh tantangan yang tampak tak masuk akal. Tapi justru dari ujian itu, lahir kebijaksanaan dan keteguhan hati,” ujar Aris saat membacakan sambutan Pj. Sekretaris Daerah DIY.


Dalam cerita Tirta Maha Pawitra, Bratasena harus menghadapi syarat-syarat mustahil seperti Kayu Gung Susuhing Angin, Galihing Kangkung, dan Tapaking Kontul Nglanyang. 


Namun, justru dari rintangan inilah ia mampu menyingkap makna kehidupan yang sejati. Pertemuannya dengan Dewa Ruci menjadi klimaks, membuka jalan menuju kawruh kasampurnan, sebuah ilmu yang mengajarkan hakikat jati diri manusia.


“Filosofi ini begitu relevan dalam kehidupan kita. Kita belajar bahwa hidup bukan hanya tentang apa yang tampak, tetapi tentang bagaimana kita memahami diri dan dunia secara utuh. Di Jawa ada kalimat ‘ngelmu kang tanpa laku, kawruh kang tanpa pamrih’,” jelas Aris.


Pagelaran ini merupakan bagian dari rangkaian pelestarian budaya adiluhung sekaligus penguatan nilai-nilai keistimewaan Yogyakarta. Dinas Kebudayaan DIY berharap, melalui acara ini, masyarakat—khususnya generasi muda—dapat kembali terhubung dengan warisan budaya leluhur yang sarat makna dan ajaran hidup.


Pagelaran berlangsung meriah namun tetap dalam suasana sakral, menandai pentingnya seni tradisi sebagai jembatan menuju pemahaman diri dan nilai-nilai luhur dalam kehidupan masyarakat Jawa.


Penulis : Kemalasari

Editor : Fajar Ali

𝓕𝓸𝓽𝓸 𝓣𝓮𝓻𝓫𝓪𝓻𝓾 :




Bagikan ini ke

ⓈⒽⒶⓇⒺ :

Komentar Anda

TerPopuler