![]() |
Defisit Perdagangan Barang Dorong Pelebaran Defisit Latvia. Foto : Istimewa |
Star News INDONESIA, Senin, (14 Juli 2025). JAKARTA - Defisit neraca berjalan Latvia tercatat melebar signifikan pada Mei 2025, menjadi EUR 106 juta, dibandingkan EUR 87 juta pada bulan yang sama tahun sebelumnya. Angka ini mencerminkan tekanan yang meningkat terhadap stabilitas eksternal negara Baltik tersebut, terutama akibat melemahnya performa ekspor jasa dan memburuknya neraca perdagangan barang.
Menurut data resmi yang dirilis oleh Bank Sentral Latvia dan dikutip oleh Trading Economics, lonjakan defisit ini terutama didorong oleh pelebaran defisit perdagangan barang yang melonjak dari EUR 248 juta pada Mei 2024 menjadi EUR 339 juta pada Mei 2025. Kenaikan tajam dalam impor, disertai pelemahan ekspor di sektor-sektor utama seperti logistik dan energi, menjadi kontributor utama pelebaran defisit tersebut.
Di sisi lain, surplus dari sektor jasa yang selama ini menjadi penopang neraca eksternal Latvia justru mengalami pelemahan. Surplus jasa tercatat menyusut menjadi EUR 129 juta dari EUR 189 juta pada periode yang sama tahun sebelumnya. Hal ini mengindikasikan tekanan pada sektor jasa keuangan, teknologi, dan pariwisata yang selama ini menjadi tulang punggung ekspor jasa Latvia.
Namun, tidak semua indikator menunjukkan pelemahan. Neraca pendapatan primer mengalami perbaikan signifikan, berbalik dari defisit EUR 79 juta menjadi surplus EUR 30 juta. Perubahan ini mencerminkan meningkatnya penerimaan atas investasi luar negeri dan penurunan pembayaran kepada investor asing.
Selain itu, pendapatan sekunder turut memberikan dorongan positif dengan surplus yang meningkat dari EUR 52 juta menjadi EUR 75 juta. Kenaikan ini banyak dikaitkan dengan peningkatan remitansi dari warga Latvia yang bekerja di luar negeri dan transfer dana dari Uni Eropa.
Meski terdapat perbaikan di dua komponen neraca, memburuknya perdagangan barang dan jasa tetap menjadi perhatian utama. Ekonom memperingatkan bahwa jika tren ini berlanjut, Latvia dapat menghadapi tekanan tambahan terhadap mata uangnya dan keseimbangan eksternal secara keseluruhan. Pemerintah diperkirakan akan mempertimbangkan penyesuaian kebijakan perdagangan dan insentif ekspor untuk memperkuat daya saing sektor ekspor nasional.
Penulis : Rizky Adityo
Editor : Fajar Ali