![]() |
Star News INDONESIA, Senin, (02 Juni 2025). JAKARTA - Pada 1 Juni 2025, Ukraina melancarkan serangan drone besar-besaran yang menargetkan lima pangkalan udara Rusia, menghancurkan lebih dari 40 pesawat militer, termasuk bomber strategis berkemampuan nuklir.
Operasi yang dinamai "Jaring Laba-Laba" ini merupakan salah satu serangan paling ambisius dan terdalam yang dilakukan Ukraina sejak dimulainya invasi Rusia pada 2022.
Serangan Terkoordinasi di Lima Lokasi
Menurut laporan dari berbagai sumber, termasuk The Times of India dan The Australian, serangan ini menargetkan pangkalan udara di Olenya, Dyagilevo, Ivanovo, Belaya, dan Ukrainka.
Pangkalan-pangkalan ini merupakan basis bagi pesawat-pesawat strategis Rusia seperti Tu-95, Tu-22M3, dan A-50, yang memiliki kemampuan membawa senjata nuklir dan sering digunakan dalam serangan terhadap wilayah Ukraina.
Metode Serangan yang Inovatif
Operasi ini direncanakan selama lebih dari 18 bulan dan melibatkan penggunaan drone FPV (first-person-view) yang disembunyikan dalam truk-truk dengan kontainer khusus.
Truk-truk ini dibawa ke dalam wilayah Rusia oleh pengemudi lokal yang tidak mengetahui muatan sebenarnya. Setelah mencapai lokasi yang ditentukan, drone diluncurkan secara remote untuk menyerang target yang telah ditentukan.
Sebanyak 117 drone digunakan dalam operasi ini, dengan banyak yang diprogram menggunakan kecerdasan buatan untuk menyerang titik-titik vital seperti tangki bahan bakar pesawat.
Dampak Strategis dan Psikologis
Ukraina mengklaim bahwa serangan ini menghancurkan sekitar sepertiga dari armada pembom strategis Rusia, yang nilainya diperkirakan mencapai $7 miliar.
Kerusakan ini diyakini akan mengurangi kemampuan Rusia untuk melancarkan serangan jarak jauh ke wilayah Ukraina.
Selain itu, serangan ini menunjukkan kemampuan Ukraina untuk melakukan operasi militer jauh di dalam wilayah Rusia, yang dapat mempengaruhi moral dan strategi militer Rusia ke depannya.
Respons Rusia
Kementerian Pertahanan Rusia mengakui bahwa serangan terjadi di lima wilayah, namun mengklaim bahwa sebagian besar drone berhasil ditembak jatuh dan hanya dua pangkalan yang mengalami kerusakan signifikan.
Sebagai balasan, Rusia melancarkan serangan drone dan rudal ke wilayah Ukraina, yang menyebabkan 12 orang tewas dan 60 lainnya luka-luka.
Implikasi Politik
Serangan ini terjadi menjelang pembicaraan damai yang dijadwalkan berlangsung di Istanbul. Ukraina menyatakan akan menghadiri pembicaraan tersebut dengan syarat adanya gencatan senjata, pertukaran tawanan perang, dan penolakan klaim teritorial Rusia. Sementara itu, Rusia belum memberikan tanggapan resmi terkait syarat-syarat tersebut.
Serangan drone Ukraina ini menandai eskalasi signifikan dalam konflik yang telah berlangsung lebih dari tiga tahun. Dengan kemampuan untuk menyerang jauh ke dalam wilayah Rusia, Ukraina menunjukkan bahwa mereka memiliki kapasitas dan tekad untuk mempertahankan kedaulatan dan integritas wilayahnya.
Penulis : M. Rahmat
Editor : Regina Panjaitan