![]() |
Drs. T Christian Lescrow Bengngu, S.Th, Pemimpin Redaksi Star News Indonesia. |
Star News INDONESIA, Jumat, (06 Juni 2025). JAKARTA - Saat kita SD sampai dengan SMP maupun SMA kita diberikan pelajaran sejarah yang tidak semestinya contoh dalam sejarah Pembangunan Jalan dari Anyer ke Penarukan dikatakan bahwa Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels merupakan seorang tokoh yang menciptakan kerja rodi dan memaksakan rakyat pribumi untuk kerja paksa. Sebenarnya itu sangat menyesatkan.
Sejarah yang sengaja dibuat untuk menumbuhkan kebencian kepada pihak Belanda saat itu. Kenapa demikian, karena menurut seorang Sejarawan Indonesia Djoko Marihandono, dari hasil penelitiannya menyatakan bahwa Daendels menggaji para pekerja mulai dari buruh kasar sampai dengan mandor dengan gaji yang dianggap layak saat itu seperti UMR saat ini yaitu 30 000 ringgit saat itu dan ditambah lagi dengan beberapa kg Beras dan Garam.
Namun upah yang diberikan kepada Para buruh dan Mandor saat itu masih diambil lagi oleh Para Bupati dan Residen yang dijabat oleh orang Pribumi juga. Sehingga tidak sampai ke para buruh dan mandor atau sampai ke para buruh dan mandorpun seperti tetesan air yang sedikit seperti hanya sebatas membasahi bibir tidak bisa menghilangkan dahaga di tenggorokkan sehingga ribuan pekerja dan mandor meninggal dunia.
Dari situ disimpulkan bahwa budaya Korupsi itu memang sudah ada sejak jaman sebelum lahirnya Bangsa Indonesia. Karena Daendels adalah seorang yang anti Korupsi dan Yang mengubah sistem upah dari VOC .
Namun niat baik Daendels seolah diputar balikkan sejarah seolah Daendel itu seorang penjahat yang mempekerjakan rakyat pribumi tanpa upah alias gratisan serta memeras tenaga rakyat pribumi saat itu. Sehingga banyak pekerja dan mandor yang meninggal saat itu.
Kalau saja Daendels seorang penjahat dan pelopor kerja rodi untuk kepentingannya tidak mungkin dia mendirikan rumah sakit dan barak militer di Bandung dan pabrik Senjata disurabaya dan Semarang serta mendirikan Perguruan Tinggi Militer di Batavia dan gudang logistik serta pangan dengan sempurna. Daendels kembali ke Belanda 1811 karena tidak tahan melihat korupsi yang dilakukan oleh Rakyat Pribumi kesesama Pribumi.
Hal inilah yang sengaja dikaburkan dari Pelajaran sejarah di Indonesia. Dan Karena Budaya Korupsi itu sudah ada dan bertumbuh sangat subur sejak jaman belanda maka sampai Indonesia merdekapun tidak kunjung berhenti. Saya teringat di era tahun 1960 han sanpai tahun 1970han sumbangan susu bubuk dari Australia untuk rakyat Indonesia saat itu sempat juga akan diamankan hanya orang - orang tertentu saja yang dapat tetapi dengan Ketegasan Presiden Ir Soekarno Saat itu maka semua rakyat Indonesia mendapatkan bantuan Susu bubuk dan Bulgur pengganti beras dan di Era tahun 1970 han dilanjutkan Oleh Presiden Soeharto bantuan bantuan kerakyat tersebut.
Dan dijaman Bung Karno Saat Jadi Presiden Para Koruptor dikejar dan dieksekusi oleh Militer sampai dengan Jaman awal Pemerintahan Orde Baru. Ketegasan kedua Bapak Bangsa tersebut membuahkan hasil Indonesia tidak perlu Impor beras dan Swasembada beraspun terjadi. Tidak ada kerakusan dari para pejabat. Sudah saatnya Presiden Prabowo Subianto mencontoh Kedua Bapak Bangsa Tersebut yaitu memberlakukan tindakan tegas terhahap para Koruptor.
Siapapun yang Korupsi harus diberikan tindakan tegas. Sehingga Indonesia ini tidak selalu dikenang dengan budaya Korupsi sejak Jaman Gubernur Jenderal Daendels berkuasa sampai sekarang. Dan kita tidak dijaman penjajahan Belanda yang dahulu sesama Pribumi tega makan uang gaji Yang diberikan oleh Daendels kepada Pribumi. Sudah saatnya Pemerintah bertindak tegas dan harus dimulai dari Kalangan Birokrat.
Yang tentunya pembersihan besar - besaran perlu diberlakukan. Kita sebagai anak Bangsa harusnya malu kepada Pendiri dan Pendahulu Bangsa ini kita ditertawakan oleh Bangsa Eropa karena tidak mampu mengatasi Korupsi. Karena Menurut Sejarah saja Seorang Gubernur Jenderal Herman Willem Daendels Berani melawan VOC memberantas Korupsi saat jaman Kolonial dahulu.
Kenapa sekarang kita sudah merdeka Rakyat seolah hidup seperti jaman VOC berkuasa sebelum direformasi Oleh Daendels. Saatnya Sekarang Presiden Prabowo Subianto bukan hanya tegas dalam berpidato Karena Rakyat menunggu hasil yang sebenarnya dari upaya dan janji Pemberantasan Korupsi. sudah saatnya dimulai dari Aparat Penegak Hukum dan Peradilan tidak mungkin sapu kotor membersihkan kotor yang ada akibat Korupsi yang marak terjadi.
Penulis :
Drs. T Christian Lescrow Bengngu.STh
(Pemimpin Redaksi Star News Indonesia)