Hiroo Onoda: Prajurit yang Bertempur Setelah Perang Usai
ⒽⓄⓂⒺ

Hiroo Onoda: Prajurit yang Bertempur Setelah Perang Usai

Jumat, Mei 30, 2025


Star News INDONESIAJumat, (30 Mei 2025). JAKARTA - Hiroo Onoda bukanlah prajurit biasa. Namanya menjadi legenda karena keteguhan dan loyalitasnya yang luar biasa, namun juga menjadi simbol tragis dari perang yang berkepanjangan. 


Lahir di Jepang pada 19 Maret 1922, Onoda dilatih sebagai perwira intelijen di tentara Kekaisaran Jepang selama Perang Dunia II dan dikirim ke Pulau Lubang, Filipina, pada tahun 1944. Misinya jelas: melakukan sabotase dan pengintaian, serta tidak menyerah atau mati bunuh diri, kecuali diperintahkan langsung oleh atasannya.


Namun ketika Jepang menyerah pada tahun 1945, Onoda tidak percaya bahwa perang telah usai. Ia menganggap semua selebaran dan siaran yang menyatakan Jepang telah kalah sebagai propaganda musuh. Bersama beberapa rekan sesama tentara, ia terus bertahan di hutan, hidup dengan berburu dan menyerang penduduk setempat yang ia yakini sebagai musuh.


Satu per satu rekan-rekannya gugur. Hingga akhirnya, hanya Onoda yang tersisa, bersembunyi selama hampir 30 tahun. Ia terus menjalankan "perangnya" hingga akhirnya pada tahun 1974, seorang petualang Jepang bernama Norio Suzuki berhasil menemukannya dan meyakinkannya untuk kembali. Namun, Onoda tetap bersikukuh bahwa ia hanya akan berhenti jika menerima perintah dari atasannya langsung.


Maka pemerintah Jepang mendatangkan Mayor Yoshimi Taniguchi, mantan komandannya, yang sudah lama pensiun dan menjadi pegawai toko. Di hadapan Taniguchi, Onoda akhirnya meletakkan senjata dan menyatakan dirinya berhenti berperang pada 9 Maret 1974.


Kepulangan Onoda ke Jepang disambut dengan gegap gempita dan perdebatan. Banyak yang memujinya sebagai lambang kesetiaan dan semangat samurai, namun ada pula yang mengkritiknya karena telah menyebabkan kematian warga sipil selama masa persembunyiannya.


Setelah kembali, Onoda pindah ke Brasil dan hidup sebagai petani, lalu kembali ke Jepang beberapa tahun kemudian dan mendirikan sekolah untuk pemuda. Ia wafat pada tahun 2014 dalam usia 91 tahun.


Kisah Hiroo Onoda menjadi refleksi mendalam tentang arti loyalitas, perang, dan bagaimana realita bisa tertutup oleh keyakinan yang terlalu kuat. Di satu sisi, ia adalah simbol dedikasi luar biasa, namun di sisi lain, kisahnya mengingatkan kita akan dampak panjang konflik yang tak kunjung usai.


Penulis : Tedi Abbaz

Editor : Maria Patricia

🅵🅾🆃🅾 🆃🅴🆁🅱🅰🆁🆄 :




Bagikan ini ke

ⓈⒽⒶⓇⒺ :

Komentar Anda

TerPopuler