![]() |
Startup AI Perplexity Kejutkan Dunia dengan Niat Beli Google Chrome. (Sumber Foto : Perplexity AI) |
Star News INDONESIA, Rabu, (13 Agustus 2025). JAKARTA - Perplexity AI, startup kecerdasan buatan yang tengah naik daun, mengejutkan dunia teknologi dengan mengajukan penawaran senilai $34 miliar untuk membeli Google Chrome, peramban web terpopuler di dunia.
Langkah ini memicu spekulasi luas di tengah ketegangan antimonopoli yang sedang melibatkan raksasa teknologi Google.
Dalam sebuah pernyataan resmi pada Senin (12/8), CEO Perplexity AI Aravind Srinivas mengonfirmasi bahwa perusahaan telah secara formal menyatakan minatnya untuk mengakuisisi unit Chrome dari Alphabet Inc., induk perusahaan Google.
Penawaran ini disebut sebagai bagian dari “komitmen kami untuk membuka masa depan penjelajahan web yang lebih transparan, aman, dan cerdas.”
Meski secara teknis Google belum menunjukkan niat untuk menjual, pengajuan tawaran tersebut langsung mencuri perhatian. Beberapa analis menilai bahwa proposal ini bukanlah sekadar rencana bisnis, melainkan sebuah manuver strategis untuk menekan narasi dominasi Google di pasar pencarian dan browser.
“Langkah ini adalah campuran antara keberanian, idealisme, dan pemasaran cerdas,” tulis Financial Times dalam laporan eksklusifnya. “Perplexity tahu bahwa Chrome bukan aset yang bisa dibeli dengan mudah, tapi gagasan itu sendiri sudah menciptakan dampak besar.”
Perplexity AI, yang berdiri pada tahun 2022 dan kini bernilai lebih dari $18 miliar, dikenal sebagai alternatif pencarian berbasis AI yang menawarkan jawaban langsung dari web dengan kutipan real-time.
Dengan dukungan investor besar seperti Jeff Bezos, Nvidia, dan SoftBank, perusahaan ini sedang mengembangkan ekosistemnya—termasuk dengan merilis Comet, peramban berbasis AI yang dilengkapi dengan mesin pencari mereka sendiri.
Menurut laporan Axios, langkah ini juga dibaca sebagai respons terhadap meningkatnya tekanan hukum di Amerika Serikat yang berpotensi memaksa Google melepas kepemilikannya atas Chrome dalam proses pemisahan unit (divestasi) oleh regulator antitrust.
“Jika Chrome suatu saat dijual, kami ingin menjadi pembelinya,” ujar Srinivas dalam wawancara dengan Business Insider. “Kami percaya bahwa masa depan browsing tidak hanya soal kecepatan, tapi juga soal kecerdasan.”
Meski banyak yang menyebut penawaran ini tidak realistis secara nilai—karena nilai Perplexity belum menyamai angka yang ditawarkan—reaksi publik sangat positif. Bahkan di media sosial, warganet mengapresiasi langkah "gila tapi berani" dari startup tersebut, dengan sebagian menyebutnya sebagai “David yang menantang Goliath.”
Pihak Google hingga saat ini belum mengeluarkan tanggapan resmi terkait proposal akuisisi ini. Namun sumber internal menyebut bahwa tidak ada rencana menjual Chrome dalam waktu dekat.
Apakah langkah ini hanya aksi publisitas atau bagian dari strategi jangka panjang Perplexity AI, waktu yang akan menjawab. Satu hal yang pasti: dinamika persaingan di dunia pencarian internet kini memasuki babak baru yang lebih kompetitif dan menarik.
Penulis : Faizal Hamzah
Editor : Meli Purba