![]() |
Tiongkok Kini Adidaya: Pengawasan Global dan Strategi Konflik AS-Israel-Rusia-NATO. |
Star News INDONESIA, Kamis, (03 Juli 2025). JAKARTA - Posisi Amerika Serikat sebagai adidaya dunia kini semakin tereduksi. Sebuah narasi kuat menyebut bahwa Tiongkok telah menggantikan dominasi global Amerika, tidak hanya melalui kekuatan ekonomi, tetapi juga lewat kapasitas intelijen dan pengawasan yang mampu memantau seluruh aktivitas militer terutama di kawasan Indo‑Pasifik dan Timur Tengah.
Teknologi Pengawasan Canggih
Tiongkok telah membangun ratusan satelit geosynchronous dan LEO yang dilengkapi sensor optik dan SAR, memungkinkan real-time tracking terhadap kapal, pesawat AS, bahkan stealth bomber.
Di darat, sistem “Skynet” dengan lebih dari 500 juta CCTV plus AI pengenalan wajah menciptakan jaringan pengawasan yang bahkan lebih luas dari total global.
Teknologi kecil seperti mosquito-drone (ukuran 0,6 cm) siap mengintai, bahkan menyusup ke dalam markas besar.
Dominasi Berteknologi
Privat–public synergy antara negara dan perusahaan seperti Huawei, CGSTL, NUDT, dan lainnya memperkuat ekosistem cyber‑militer Tiongkok.
Misalnya, CGSTL dituduh menyediakan citra satelit real‑time ke Houthi, jadi alat militer menargetkan kapal AS di Laut Merah.
Memancing Konflik Berkepanjangan
Tiongkok disebut memanipulasi situasi geopolitik agar kekuatan besar seperti AS, Israel, Rusia, dan NATO terjebak dalam konflik panjang di Timur Tengah.
Mereka siap mengambil keuntungan dari melemahnya negara-negara ini, yang akhirnya terdistraksi dari kawasan Indo‑Pasifik dan Taiwan.
Kesunyian Beijing saat perang Israel‑Iran 12 hari mencerminkan strategi “diplomasi seimbang” meskipun AS turun langsung memediasi.
Ketidakmampuan Intelijen AS
Meski AS berupaya meluncurkan program seperti Starshield, pengadaan satelit mata-mata SpaceX, mereka masih jauh tertinggal dari jaringan spy-satellite Tiongkok yang berkembang pesat.
Kasus penembakan balon mata-mata China menunjukkan betapa AS baru menyadari operasi intel mereka.
Tiongkok Sebagai Adidaya Eurasia
Kerja sama militer-teknis antara Tiongkok dan Rusia serta dukungan ekonomi terhadap Iran lewat saluran BRICS, SCO, dan inisiatif Satelit Afrika memperkuat posisi strategis Beijing. Mereka kini bagian dari poros “Axis of Upheaval” yang mengimbangi pengaruh Barat.
Tiongkok tengah membentuk adidaya modern berbasis teknologi pengawasan canggih dan diplomasi strategis.
Amerika Serikat, yang dulu tak terbendung dalam memantau dan mempengaruhi konflik global, sekarang tampak tersisih, sulitan menyaingi kecerdikan Beijing.
Ini menjadi panggilan bagi komunitas internasional untuk mewaspadai pergeseran kekuatan yang tak hanya militer, tetapi bersifat teknokrat dan intelijen agresif.
Penulis : Hans Werang
Editor : Fajar Ali