![]() |
Akibat penembakan yang melukai Donald Trump di Butler, Pennsylvania, pada 13 Juli 2024. Foto: Evan Vucci/AP |
Star News INDONESIA, Minggu, (13 Juli 2025). JAKARTA - Tak terasa sudah setahun berlalu peristiwa upaya percobaan pembunuhan terhadap Donald Trump yang terjadi tepat pada 13 Juli 2024.
Kala itu Trump sementara menghadiri kampanye di Butler, Pennsylvania. Pelaku, yang diketahui bernama Thomas Matthew Crooks (20), melepaskan delapan tembakan dari atap bangunan yang berjarak sekitar 120 meter dari panggung.
Salah satu peluru melukai telinga kanan Trump, seorang relawan tewas, dan dua lainnya luka serius, sebelum pelaku ditembak mati oleh satuan sniper Secret Service
Menurut laporan resmi Secret Service, seorang pria bersenjata dilaporkan melepaskan beberapa tembakan ke arah panggung saat Trump sedang berpidato.
Dalam video yang kemudian viral di media sosial, terlihat Trump tetap berdiri meskipun darah mengalir dari sisi kepalanya. Dengan tangan menunjuk ke langit, ia terdengar berkata, “Tuhan Allah Israel telah menyelamatkan saya!”
Pernyataan tersebut memicu gelombang reaksi dari berbagai kalangan. Pendukungnya memuji Trump sebagai pemimpin yang dipilih dan dilindungi oleh tangan Tuhan, sementara pihak oposisi menyerukan agar investigasi mendalam dilakukan untuk mengungkap motif pelaku.
Sejumlah tokoh keagamaan Yahudi dan Kristen Injili langsung merespons peristiwa tersebut dengan doa bersama dan pernyataan dukungan moral. "Kejadian ini bukan sekadar politik, ini spiritual. Tuhan sedang menunjukkan kuasa-Nya," ujar Rabbi Daniel Cohen dari New York dalam siaran live malam tadi.
Analis politik menyebut insiden ini dapat menjadi titik balik dalam dinamika pemilu AS 2025.
Sementara itu, FBI dan Secret Service mengidentifikasi bahwa pelaku sebagai pria berusia 20 tahun dengan latar belakang ekstremisme anti-pemerintah.
Trump, dalam pernyataan resminya, mengatakan bahwa “nyawanya bukan miliknya lagi, tapi milik Tuhan dan rakyat Amerika.” Ia menegaskan akan tetap maju dalam pemilu dan “tidak takut terhadap kegelapan, karena terang Tuhan menyertai.”
Peristiwa ini menambahkan lapisan spiritual dan simbolik dalam kontestasi politik Amerika yang semakin panas pada waktu itu.
Banyak yang menilai bahwa persaingan di panggung dunia bukan hanya sebagai perebutan kekuasaan, tetapi juga pertempuran antara kebenaran dan kejahatan — sebagaimana yang digambarkan oleh para pendukung Trump yang meyakini bahwa ia memiliki Visi/Misi dari Tuhan dalam sejarah bangsa Amerika.
Penulis : Tito Ibrahim
Editor : Meli Purba