![]() |
SDN 311 Sampuran Terbakar, Satu Tahun Tak Kunjung Diperbaiki. Foto : Magrifatulloh/Kartika Manalu |
Star News INDONESIA, Selasa, (08 Juli 2025). MADINA - Kondisi memilukan masih menyelimuti Sekolah Dasar Negeri (SDN) 311 Sampuran, Kecamatan Ranto Baek, Kabupaten Mandailing Natal.
Bangunan sekolah yang menjadi satu-satunya tempat belajar bagi ratusan anak di Desa Sampuran dan Huta Nauli itu luluh lantak dilalap api pada Senin, 1 Januari 2024, sekitar pukul 20.00 WIB.
Ironisnya, sudah lebih dari satu tahun pascakebakaran, belum tampak upaya konkret dari pemerintah daerah maupun instansi terkait untuk melakukan perbaikan.
Gedung yang seharusnya menjadi tempat aman dan nyaman bagi para siswa kini hanya menyisakan puing-puing dan arang bekas kebakaran.
Akibat musibah ini, proses belajar-mengajar terpaksa dipindahkan ke sebuah gedung PAUD yang letaknya cukup jauh dari lokasi SDN 311.
Sarana dan prasarana pun sangat terbatas, tidak mendukung proses pembelajaran yang layak.
Kondisi ini membuat para orang tua dan tenaga pendidik merasa kecewa dan khawatir terhadap masa depan pendidikan anak-anak mereka.
![]() |
“Apakah masa depan anak-anak kami tak punya arti? Apakah wilayah terpencil seperti Sampuran tak lagi dianggap bagian dari Mandailing Natal?” keluh salah satu orang tua siswa yang enggan disebut namanya.
Kekecewaan masyarakat semakin memuncak karena hingga kini belum ada tanggapan resmi dari Dinas Pendidikan Kabupaten Mandailing Natal.
Bahkan, saat Ketua Ikatan Mahasiswa Ranto Baek (IMRB), Ahmad Afandi Nasution, menghubungi salah satu pihak dinas melalui pesan WhatsApp, pesan tersebut tidak mendapatkan respon yang jelas dan terkesan dihindari.
“Kami sangat berharap ada perhatian serius. Masa depan siswa/siswi di SDN 311 jangan diabaikan,” tegas Ahmad Afandi Nasution, yang juga menjabat sebagai Kabid Advokat dan Hukum IMA Madina Pekanbaru.
Ahmad juga menambahkan bahwa jika pemerintah daerah tetap bungkam dan tidak menunjukkan langkah nyata dalam pemulihan sekolah, maka pihaknya dari IMRB siap turun ke jalan untuk menuntut hak-hak pendidikan anak-anak Ranto Baek.
Masyarakat Sampuran dan para orang tua murid kini hanya bisa menanti itikad baik dari pemerintah, agar sekolah yang selama ini menjadi satu-satunya harapan pendidikan anak-anak di daerah terpencil itu bisa kembali berdiri dan berfungsi sebagaimana mestinya.
“Ini bukan hanya soal bangunan yang terbakar, tapi tentang masa depan anak-anak kami. Jangan abaikan mereka,” tutup Ahmad dengan nada kecewa.
Penulis : Magrifatulloh
Editor : Kartika Manalu