![]() |
Sedikitnya 24 Orang Tewas dalam Gelombang Bom Israel Terbaru di Gaza. Foto : Reuters/AP |
Star News INDONESIA, Minggu, (06 Juli 2025). JAKARTA - Gelombang serangan udara Israel kembali melanda kawasan padat penduduk di Jalur Gaza, menewaskan setidaknya 38 warga Palestina dalam 24 jam terakhir, menurut pejabat kesehatan setempat.
Serangan paling mematikan tercatat di Gaza City (20 korban) dan wilayah pengungsian Muwasi di selatan (18 korban).
Pihak militer Israel mengklaim menghantam “lebih dari 100 target” yang disebut sebagai fasilitas komando dan gudang senjata Hamas, tetapi laporan lapangan menunjukkan banyak korban berasal dari keluarga pengungsi yang belum sempat mengevakuasi diri.
Dalam insiden terpisah pada malam sebelumnya, serangan udara menewaskan 14 orang—termasuk seorang dokter dan ketiga anaknya—sementara 10 warga lainnya ditembak mati saat mengantri bantuan pangan, tulis kantor berita Associated Press.
Laporan The Guardian menambahkan bahwa sedikitnya 24 korban jiwa tercatat dalam rentetan bom susulan yang menghantam permukiman padat serta lokasi pencari bantuan kemanusiaan.
Secara keseluruhan, pejabat kesehatan Gaza melaporkan 138 kematian dalam kurun 24 jam, angka tertinggi pekan ini menurut pemutakhiran Reuters.
Sementara korban sipil kian bertambah, militer Israel menegaskan operasinya akan terus berlanjut hingga “kemampuan tempur Hamas dilumpuhkan sepenuhnya.”
Di ranah diplomasi, Hamas menyatakan telah merespons proposal gencatan senjata 60 hari yang diusulkan Amerika Serikat “dengan semangat positif”, namun masih ada perbedaan tajam soal penarikan pasukan Israel dan penyaluran bantuan di Rafah.
Konflik yang meletus sejak 7 Oktober 2023 telah menewaskan lebih dari 57 ribu warga Palestina, hampir setengahnya perempuan dan anak‑anak, serta memicu eksodus jutaan penduduk Gaza ke kantong‑kantong pengungsian yang minim pasokan air bersih dan listrik.
Dengan angka korban yang terus berubah—dari 14 hingga 138 kematian hanya dalam hitungan jam—pejabat medis memperingatkan bahwa ketidakpastian situasi keamanan membuat pendataan akurat hampir mustahil, sementara kebutuhan medis dan logistik melonjak di atas kapasitas rumah sakit yang tersisa.
Penulis : Ilham Hamid
Editor : Fajar Ali