![]() |
Kontroversi di Balik RUU “Paling Populer” Versi Donald Trump. Foto : Reuters |
Star News INDONESIA, Sabtu, (05 Juli 2025). JAKARTA - Presiden Donald Trump mencuri perhatian saat menyebut RUU pajak dan pengeluaran yang baru ditandatangani sebagai "yang paling populer dalam sejarah".
Pernyataan tersebut ia lontarkan sambil berdiri bersama Ibu Negara Melania Trump, di hadapan para pendukung dalam acara piknik Empat Juli di Gedung Putih.
Namun, fakta berbicara sebaliknya. Jajak pendapat dari berbagai lembaga termasuk Fox News, Washington Post, dan Pew Research mengungkap bahwa mayoritas warga AS, termasuk kalangan independen, menolak RUU tersebut.
Alasan utamanya adalah isi kebijakan yang dianggap terlalu pro-korporasi, memangkas layanan publik esensial, dan memperkuat kebijakan imigrasi yang agresif.
“Ini adalah permainan kekuasaan,” ujar seorang analis dari Center on Budget and Policy Priorities. “Trump mencoba membingkai kebijakan kontroversial sebagai kemenangan populis.”
RUU ini memang memperluas pemotongan pajak lama, tetapi pada saat bersamaan menurunkan anggaran untuk program-program yang membantu rakyat miskin dan rentan. Di sisi lain, Trump meningkatkan dana untuk ICE, pembangunan fasilitas imigrasi, dan pengawasan perbatasan.
Klaim Trump seolah memperlihatkan usaha mengemas kebijakan elitis dalam retorika populis, yang meski memukau sebagian pendukung, tetap menuai kritik keras dari aktivis dan kelompok oposisi.
Penulis : Ilham Hamid
Editor : Burhanudin Iskandar