![]() |
Trump menandatangani RUU besar di depan meja dengan palu kehormatan– disertai tepuk tangan anggota Kongres dan kabinet. Foto : Politico |
Star News INDONESIA, Sabtu, (05 Juli 2025). JAKARTA - Penandatanganan RUU pajak dan pengeluaran oleh Presiden Trump pada 4 Juli bukan sekadar kebijakan fiskal.
Di mata para analis politik, ini adalah strategi komunikasi dan positioning menuju Pilpres 2026.
RUU ini merupakan hasil kompromi antara faksi-faksi Partai Republik, menyatukan pemotongan pajak, pengurangan belanja sosial, dan peningkatan anggaran untuk penegakan hukum imigrasi.
Trump memanfaatkan momen perayaan nasional untuk memaksimalkan dampak simbolisnya, menciptakan citra “pemimpin reformis” yang proaktif.
Dalam pidatonya, Trump menyatakan bahwa ini adalah momen luar biasa dalam sejarah legislasi Amerika.
Namun, sejumlah pengamat menilai bahwa isi RUU lebih berpihak pada kelas atas dan memperkuat kontrol negara terhadap migrasi — dua isu panas yang selama ini menjadi poros retorika Trump.
“RUU ini adalah alat kampanye yang sangat efektif,” ungkap seorang profesor politik dari Georgetown University. “Trump tahu bagaimana memainkan simbol dan momen.”
Dengan basis konservatif yang puas dan oposisi yang terguncang, penandatanganan RUU ini bisa menjadi momentum strategis yang menentukan arah politik AS hingga dua tahun ke depan.
Penulis : M. Rahmat
Editor : Kartika Manalu