![]() |
Pusat bantuan Gaza menjadi target penembakan, medan pertaruhan mati dan hidup. Foto : Reuters |
Star News INDONESIA, Rabu, (09 Juli 2025). JAKARTA - Berdasarkan ICRC, sejak peluncuran model distribusi baru di akhir Mei, RS lapangan di Rafah merawat lebih dari 2.200 pasien dengan luka tembak dan mencatat lebih dari 200 kematian dalam satu bulan.
Kapasitas rumah sakit hanya 60 tempat tidur, namun terus dilebihi dalam tiap insiden massal.
Staf lokal dan internasional, termasuk 230 anggota tim, bekerja nonstop untuk menghadapi gelombang darurat.
Mereka bahkan merawat pasien di ruangan terbuka karena ruang gawat penuh. Banyak luka yang ditangani termasuk amputasi, patah tulang terbuka, dan luka tembak berat.
Dokter mengungkap trauma mendalam pada pasien. Salah satu remaja korban penembakan saat antre makanan terus berjuang untuk tetap hidup.
RS juga mengantisipasi krisis medis akibat kekurangan listrik dan bahan bakar untuk generator.
ICRC dan WHO memperingatkan tidak ada jaminan perbaikan: jika aliran bantuan terganggu, situasi medis bisa kolaps total.
Kurangnya peralatan vital seperti respirator dan fiksator eksternal memperburuk kemampuan operasi.
Krisis ini menegaskan kebutuhan jalur medis dan bantuan aman dari komunitas internasional—agar rumah sakit tidak terus menerima orang berjatuhan karena distribusi berjalan tak aman.
Penulis : Faizal Hamzah
Editor : Wiwid