![]() |
Kekuatan besar di balik pengakuan Palestina, sarat akan muatan dinamika Politik Global dan Agenda Diplomatik. Foto : Sofrep |
Star News INDONESIA, Kamis, (31 Juli 2025). JAKARTA - Pengakuan negara Palestina oleh negara-negara Eropa dan Barat bukan keputusan spontan.
Di baliknya terdapat strategi global yang dimainkan oleh sejumlah kekuatan besar — bukan hanya soal dukungan moral, namun juga kepentingan geopolitik, legitimasi internasional, dan tekanan domestik.
Amerika Serikat: Meja Rayu Strategis
AS tetap menjadi pelindung utama Israel dan menggunakan hak veto di PBB untuk menghambat pengakuan penuh Palestina.
Namun tekanan dari publik dan anggota parlemen di Eropa membuat AS tampak terpojok, mendesak Israel agar terbuka terhadap negosiasi menuju solusi dua negara.
Rusia dan Cina: Pembalap Arab dan Pesaing Hegemoni
Kedua negara ini memposisikan diri sebagai mediator alternatif di Timur Tengah. Rusia memanfaatkan konflik untuk merebut panggung diplomatik dan menekan AS, sementara Cina memimpin deklarasi Beijing yang menyatukan faksi Palestina seperti Hamas dan Fatah sebagai bentuk penyeimbang dominasi Barat.
Uni Eropa: Dua Wajah Simbolik dan Strategis
Beberapa negara Eropa seperti Prancis, Spanyol, Irlandia, dan Norwegia telah resmi mengakui Palestina sejak 2024 dan 2025 sebagai bentuk dukungan terhadap HAM dan solusi dua negara. Ini sekaligus pesan politik bahwa Eropa memiliki prakarsa sendiri, lepas dari dominasi AS.
Israel: Menjaga Keamanan dengan Diplomasi Global
Israel mengandalkan dukungan AS, namun juga gencar membangun normalisasi hubungan dengan negara Arab melalui Abraham Accords guna memperkuat posisinya geopolitik.
Praktik diplomasi ini sekaligus menjadi ruang tawar strategis bagi tekanan Barat untuk mengakui Palestina.
Negara-negara Arab: Kombinasi Ideologi dan Ekonomi
Negara seperti Arab Saudi dan Turki memainkan peran ganda: secara moral mendukung Palestina berdasarkan identitas Islam, namun secara diplomatik tetap menjalin hubungan pragmatis dengan Israel demi keamanan dan keuntungan ekonomi.
Sehingga dengan kata lain, pengakuan Palestina oleh negara-negara Barat bukan hanya soal keadilan historis atau tekanan moral, tapi bagian dari permainan diplomatik antara kekuatan global: AS, EU, Rusia, Cina, serta pengaruh domestik dan publik.
Palestina sendiri menjadi pion penting dalam catur geopolitik, yang sekaligus memperlihatkan bagaimana legitimasi dan hak asasi manusia bisa diserang oleh dominasi kekuatan besar.
Penulis : Julia Silalahi
Editor : Maria Patricia