![]() |
Hamas tolak syarat Israel! Gaza kini harus menghadapi perang tak berkesudahan. [Foto : AFP] |
Star News INDONESIA, Sabtu, (12 Juli 2025). JAKARTA - Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu kembali ke negaranya setelah kunjungan empat hari ke Amerika Serikat, tanpa berhasil meraih kesepakatan gencatan senjata di Gaza.
Kegagalan diplomatik ini menjadi pukulan bagi harapan nyala kembali perdamaian di tengah meningkatnya tekanan internasional.
Perundingan yang dimediasi oleh Amerika Serikat, Qatar, dan Mesir menawarkan gencatan senjata sementara selama 60 hari serta pembebasan sandera secara bertahap.
Rencana ini sempat disebut akan dibahas di Doha, namun menemui jalan buntu akibat ketidaksetujuan Hamas dan sisa syarat Israel, seperti penarikan militer dan demiliterisasi Gaza.
Meski Netanyahu menyampaikan optimisme bahwa “masa depan tanpa perang” mungkin tercapai, informasi dari dalam Gedung Putih menunjukkan bahwa negosiasi masih sangat sulit.
Ia kembali ke Israel dengan menegaskan bahwa demiliterisasi penuh Hamas adalah “syarat fundamental”, sekaligus mempertahankan Israel memiliki kendali militer atas beberapa zona strategis Gaza, termasuk koridor Morag dekat Rafah.
Situasi di lapangan tetap memprihatinkan. Pada saat Obama dan delegasinya bertemu, serangan udara Israel menewaskan puluhan warga sipil, termasuk anak-anak—termasuk insiden tragis di dekat klinik Deir al-Balah yang menewaskan minimal 10 anak.
Kelangkaan bantuan dan kerusakan infrastruktur memperburuk krisis kemanusiaan.
Sementara itu, tekanan terhadap Netanyahu terus meningkat, terutama dari keluarga sandera Israel yang menyerukan kesepakatan lebih menyeluruh, serta laporan dari ITN bahwa delegasi Israel di Doha menolak beberapa tuntutan Hamas secara resmi.
Gedung Putih, melalui utusannya Steve Witkoff, menunjukkan “kehati-hatian optimis” bahwa fase selanjutnya dari dialog diplomatik dapat segera berjalan, saat delegasi hadir di Doha untuk membahas detail kesepakatan lanjutan.
Namun, tanpa penyelesaian mengenai penarikan militer dan demiliterisasi, peluang tercapainya kesepakatan akhir tampak masih jauh.
Perdamaian Gaza Gagal Total:
– Kembalinya Netanyahu, tanpa hasil akhir, memperlihatkan diplomasi ternoda dan posisi Israel tetap kuat, namun memicu kemarahan keluarga sandera dan kecaman internasional.
– Hamas menolak penarikan penuh dan ingin jaminan aliran bantuan serta keberlangsungan kemanusiaan, bukan sekadar gencatan militer.
– Perundingan Doha kini menjadi titik krusial selanjutnya – apakah Amerika Serikat, Qatar, dan Mesir mampu menjembatani kembali kedua pihak?
Kunjungan Netanyahu ke Washington gagal mengubah dinamika konflik. Ketidakcocokan atas isu militer dan syarat demiliterisasi memberi sinyal bahwa perdamaian sementara akan sulit dicapai—menyisakan ketidakpastian tinggi bagi lebih dari jutaan warga Gaza dan Israel.
Penulis : Sultan Hafidz
Editor : Septian Maulana