![]() |
Trump mengepalkan tinjunya saat ia dilarikan keluar panggung. Foto: Evan Vucci/AP |
Star News INDONESIA, Minggu, (13 Juli 2025). JAKARTA - Tepat satu tahun sejak peristiwa yang hampir merenggut nyawa Presiden Amerika Serikat, Donald J. Trump, dunia kembali mengenang momen yang tak terlupakan: sebuah upaya pembunuhan yang gagal total dan justru memperkuat keyakinan jutaan orang bahwa tangan Tuhan Allah Israel campur tangan menyelamatkan pemimpin kontroversial tersebut.
Pada 13 Juli 2024, dalam sebuah kampanye publik di wilayah Pennsylvania, sebuah peluru nyaris mengakhiri hidup Donald Trump.
Tembakan itu menghantam bagian atas telinganya, memicu kepanikan besar di lokasi, namun juga melahirkan simbol baru bagi gerakan yang melihat Trump bukan sekadar politisi, tapi sosok yang “dipilih dan dilindungi Tuhan”.
Hari ini, berbagai komunitas Kristen dan Yahudi di Amerika dan dunia mengadakan peringatan mengenang insiden tersebut.
Doa-doa dikumandangkan, pujian dilantunkan, dan satu kalimat dari Trump kembali diangkat: “Tuhan Allah Israel menyelamatkan saya.”
Pengakuan itu tidak hanya menjadi viral di dunia maya, tapi juga membuka kembali diskusi tentang peran ilahi dalam sejarah bangsa-bangsa. “Kami percaya bukan kebetulan bahwa ia selamat. Dunia sedang menuju titik balik spiritual dan moral, dan kejadian itu adalah sinyal dari langit,” ujar Pastor Samuel D. Glenn, seorang pemimpin gereja Evangelikal di Texas.
Analis politik melihat insiden itu sebagai pendorong besar kebangkitan kembali gerakan nasionalis konservatif Amerika. “Trump menjadi simbol perlawanan terhadap kekuatan gelap global. Saat peluru gagal membunuhnya, banyak orang mulai percaya bahwa ia dilindungi oleh kekuatan yang lebih tinggi,” kata Dr. Harold Levy, pengamat geopolitik dari Chicago Institute of Strategy.
![]() |
Trump berlindung. Foto: Anna Moneymaker/Getty Images |
Bahkan kelompok Yahudi Ortodoks di Yerusalem mengadakan peringatan doa khusus malam ini.
Mereka menyebut Trump sebagai "Koresh Zaman Modern" — mengacu pada Raja Koresh dari Persia yang disebut dalam Kitab Suci sebagai pelindung bangsa Israel.
Kini, dalam suasana mengenang peristiwa itu, banyak yang bertanya: Apakah ini pertanda bahwa Trump masih memiliki misi besar dalam sejarah dunia?
Apakah upaya pembunuhan yang gagal itu justru menjadi awal dari kebangkitan spiritual sebuah bangsa?
Trump sendiri dalam wawancara terbaru berkata, “Saya hidup bukan karena keberuntungan. Saya hidup karena Tuhan masih punya rencana.”
Mengenang peristiwa itu, dunia tidak hanya diingatkan pada bahaya politik ekstrem, tetapi juga pada keajaiban — bahwa dalam badai yang paling gelap pun, tangan Tuhan masih bisa menjangkau dan menyelamatkan.
Penulis : Eddie Lim
Editor : Fajar Ali