![]() |
RI-AS Teken Kesepakatan Raksasa: Garuda Siap Beli 75 Pesawat Boeing. Foto : Tito Ibrahim/Fajar Ali |
Star News INDONESIA, Selasa, (08 Juli 2025). JAKARTA - Pemerintah Indonesia dan Amerika Serikat tengah berada di ambang kesepakatan dagang besar senilai US\$ 34 miliar, yang dijadwalkan akan difinalisasi dalam waktu dua hari.
Kesepakatan ini dipandang sebagai langkah strategis dalam memperkuat posisi Indonesia dalam rantai pasok global baru serta sebagai respons terhadap potensi pemberlakuan tarif tinggi oleh AS terhadap produk ekspor Indonesia.
Menurut laporan resmi dari Reuters (3 Juli 2025), nota kesepahaman (MoU) tersebut mencakup komitmen dari sejumlah perusahaan negara dan swasta di Indonesia untuk melakukan investasi dan pembelian berbagai produk dari AS, termasuk bahan bakar dan produk energi serta agrikultur.
Tujuan utama dari kerja sama ini adalah menyeimbangkan neraca dagang serta menciptakan nilai strategis dalam hubungan bilateral kedua negara.
Salah satu sorotan utama dari perjanjian ini adalah rencana pembelian hingga 75 unit pesawat Boeing oleh Garuda Indonesia, yang mencakup tipe 737 Max 8 dan 787 Dreamliner.
Langkah ini bukan hanya memperkuat kerja sama sektor kedirgantaraan antara kedua negara, namun juga menjadi sinyal kuat bahwa Indonesia tengah membangun kekuatan industrialisasi yang lebih modern dan terintegrasi secara global.
Dalam pernyataan resminya, Menteri Koordinator Bidang Perekonomian menyatakan bahwa kesepakatan ini menjadi bagian dari strategi pemerintah Indonesia untuk mendapatkan perlakuan tarif yang lebih adil dari AS.
Sebagai pembanding, Vietnam baru-baru ini memperoleh penurunan tarif dari 46% menjadi 20%, dan Indonesia tidak ingin tertinggal dalam negosiasi serupa.
Lebih dari sekadar nilai finansial, MoU ini juga menjadi bagian dari visi Indonesia untuk memposisikan diri sebagai pusat baterai dan energi bersih, yang sejalan dengan ambisi global untuk transisi energi.
Meski belum seluruh detail dipublikasikan, sinyal kuat mengarah pada keterlibatan sektor teknologi baterai dan energi hijau sebagai bagian dari rantai pasok yang diperkuat oleh kerja sama ini.
Analis memperkirakan kesepakatan ini dapat memperbaiki citra Indonesia sebagai mitra dagang utama di Asia Tenggara, khususnya dalam sektor energi, transportasi, dan manufaktur teknologi tinggi.
“Ini bukan sekadar MoU biasa. Ini adalah fondasi baru hubungan dagang RI-AS yang lebih setara dan berorientasi masa depan,” kata seorang pejabat tinggi yang enggan disebutkan namanya kepada Reuters.
Dengan demikian, Indonesia tengah melangkah lebih jauh menuju integrasi global yang lebih kokoh — tak hanya sebagai pengekspor bahan mentah, tetapi sebagai aktor penting dalam ekosistem industri dan teknologi dunia.
Penulis : Tito Ibrahim
Editor : Fajar Ali