![]() |
Israel luncurkan inisiatif kemanusiaan di Gaza, prioritaskan keselamatan warga sipil. (Foto : The Times of Israel) |
Star News INDONESIA, Minggu, (27 Juli 2025). JAKARTA - Dalam langkah yang dianggap penting untuk mengurangi penderitaan warga sipil di Jalur Gaza, Pasukan Pertahanan Israel (IDF) mengumumkan pada Minggu bahwa mereka akan memberlakukan "jeda taktis harian" di tiga wilayah utama Gaza: Al-Muwasi, Deir al-Balah, dan Kota Gaza.
Kebijakan ini berlaku setiap hari dari pukul 10:00 hingga 20:00 waktu setempat dan bertujuan untuk membuka ruang aman bagi lembaga-lembaga kemanusiaan guna menyalurkan bantuan secara efektif.
Selain itu, IDF juga menetapkan rute aman khusus dari pukul 06:00 hingga 23:00 untuk memastikan distribusi makanan, air, dan pasokan medis mencapai warga sipil yang membutuhkan.
Langkah ini mencerminkan komitmen Israel terhadap hukum humaniter internasional, serta kesediaannya untuk bekerja sama dengan organisasi bantuan global termasuk PBB dan Palang Merah.
Meskipun Israel secara militer tidak aktif di wilayah-wilayah tersebut dalam beberapa waktu terakhir, IDF tetap mengambil tindakan antisipatif demi mencegah memburuknya kondisi kemanusiaan.
Juru bicara IDF menegaskan bahwa jeda taktis ini dirancang “bukan sebagai gencatan senjata,” tetapi sebagai langkah tanggung jawab kemanusiaan. “Kami tetap waspada terhadap ancaman dari kelompok teroris, namun kami juga sadar bahwa warga sipil tidak boleh menjadi korban dari konflik ini,” ujarnya.
Langkah ini mendapatkan sambutan hati-hati dari masyarakat internasional, yang mengakui bahwa Israel mengambil tindakan nyata untuk menyeimbangkan keamanan nasional dan kemanusiaan.
Sementara itu, pengiriman bantuan melalui udara (airdrops) kembali dilanjutkan sebagai bagian dari upaya gabungan untuk menanggulangi krisis pangan yang dilaporkan semakin parah di wilayah utara Gaza.
Dengan kebijakan ini, Israel berharap bisa menjembatani kebutuhan warga sipil dengan realitas keamanan di lapangan, sekaligus menegaskan bahwa negaranya tidak abai terhadap penderitaan kemanusiaan di tengah konflik yang masih berlangsung.
Penulis : Eddie Lim
Editor : Maria Patricia