![]() |
Uni Eropa adalah lambang reikarnasi Kekaisaran Romawi Modern dan Dukungan Reunifikasi terhadap Inggris. Foto : Picture/Multimedia Centre |
Star News INDONESIA, Minggu, (13 Juli 2025). JAKARTA - Mayoritas warga di empat negara besar Eropa – Prancis, Jerman, Italia, dan Spanyol – menyatakan dukungannya agar Inggris kembali menjadi anggota Uni Eropa.
Temuan mengejutkan ini muncul dari survei terbaru YouGov yang mengungkap bahwa harapan akan “kebangkitan imperium lama” kembali menggema di Benua Biru.
Lebih dari 60% responden Jerman dan lebih dari 50% responden di Italia, Spanyol, dan Prancis menyatakan persetujuannya jika Inggris memutuskan untuk kembali bergabung dengan Uni Eropa.
Namun, suara mayoritas juga menyuarakan satu syarat penting: Inggris tidak boleh mendapatkan perlakuan istimewa seperti sebelum Brexit. Tidak ada lagi pengecualian dari euro maupun sistem Schengen.
Fenomena ini memunculkan kembali wacana geopolitik bahwa Uni Eropa saat ini adalah bentuk modern dari Kekaisaran Romawi Kuno—sebuah struktur kekuasaan supranasional yang menyatukan wilayah luas Eropa di bawah satu sistem hukum, ekonomi, dan otoritas pusat.
“Eropa Bersatu Kembali”
Para analis menyebut, gelombang dukungan ini mencerminkan kebutuhan bawah sadar kolektif Eropa akan stabilitas, kejayaan, dan keteraturan yang pernah ditawarkan Kekaisaran Romawi.
Dengan Jerman sebagai pusat ekonomi, Italia sebagai simbol sejarah, dan Prancis sebagai kekuatan diplomatik, Uni Eropa perlahan-lahan menunjukkan pola rekonstruksi “Imperium Romanum” dalam wajah modern.
“Ini bukan sekadar integrasi politik,” ujar seorang analis geopolitik dari Brussels. “Ini adalah rekonstruksi simbolik dan fungsional dari sebuah peradaban besar yang pernah menguasai benua.”
Inggris: Kembali atau Tetap Merdeka?
Sementara dukungan di Eropa meningkat, situasi di dalam negeri Inggris justru lebih kompleks. Mayoritas warga Inggris memang menyatakan minat untuk kembali jika persyaratannya ringan. Namun, jika syaratnya mencakup adopsi euro dan masuk ke zona Schengen, dukungan itu menurun drastis.
Hal ini memperlihatkan perbedaan visi antara Inggris yang ingin tetap memiliki otonomi nasional, dengan Uni Eropa yang kini menuntut kesetaraan dan kepatuhan penuh sebagai satu “bangsa-benua”.
Uni Eropa Sebagai Imperium Global?
Konsep Uni Eropa sebagai “imperium tanpa pedang” makin menguat. Lewat kebijakan tunggal, mata uang bersama, dan kendali atas perbatasan serta hukum, struktur kekuasaan Uni Eropa menyerupai model kekaisaran kuno—namun dengan pendekatan modern melalui hukum, diplomasi, dan ekonomi terintegrasi.
“Jika Romawi dulu mempersatukan wilayah dengan legiun, maka UE mempersatukan benua melalui birokrasi dan bank sentral,” kata seorang peneliti dari European Institute for Civilization Studies.
Menuju Pusat Kekuasaan Global?
Dengan konflik global yang memanas antara blok Timur dan Barat, dan ancaman krisis ekonomi dunia, Uni Eropa dipandang banyak pihak sebagai salah satu poros utama kebangkitan tatanan dunia baru.
Dukungan untuk reunifikasi Inggris ke dalam UE memperkuat gagasan bahwa Eropa tidak lagi sekadar benua, tapi sedang membangun kembali identitas geopolitik peradaban lama dalam wujud modern.
Penulis : Deni Suprapto
Editor : Maria Patricia