Gaza Menyala! Serangan Terbaru Israel Paling Mematikan Sejak Oktober
ⒽⓄⓂⒺ

Gaza Menyala! Serangan Terbaru Israel Paling Mematikan Sejak Oktober

Jumat, Juli 04, 2025
Israel Bom Gaza 48 Jam Non‑Stop ketika Delegasi Damai Meluncur ke Washington. Foto : Al Jazeera


Star News INDONESIAJumat, (04 Juli 2025). JAKARTA - Dentuman bom masih menggema di langit Gaza, dalam dua hari terakhir, sedikitnya 300 warga Palestina tewas, membuat pekan ini tercatat sebagai salah satu periode paling mematikan sejak perang pecah kembali pada Oktober 2023.


Laporan Al Jazeera menyebut 118 kematian terjadi hanya dalam 24 jam terakhir, termasuk 33 orang yang sedang mengantre bantuan pangan di pusat distribusi. 


Rumah sakit darurat kewalahan, sementara keluarga korban menggali puing–puing dengan tangan kosong demi menemukan kerabat mereka yang tertimbun. 


Di antara para korban terdapat Dr Marwan al‑Sultan, direktur Rumah Sakit Indonesia di Gaza Utara, yang tewas bersama istrinya dan lima anaknya ketika sebuah rudal menghantam kawasan permukiman padat pada Kamis dini hari. Pejabat kesehatan Gaza menyebut sedikitnya 90 korban jiwa tercatat hanya dalam semalam. 


Sementara itu, laporan Reuters menambahkan 59 korban tewas lain pada Kamis, 17 di antaranya pelajar yang berlindung di sebuah sekolah, dan 20 lainnya tewas dekat lokasi distribusi bantuan. Kementerian Kesehatan Gaza menilai pola serangan “semakin menargetkan titik pengungsian yang sudah sesak.”


Ironisnya, lonjakan serangan ini berlangsung bersamaan dengan upaya baru gencatan senjata 60 hari yang diumumkan Presiden AS Donald Trump, lengkap dengan skema penukaran sandera tawanan. Delegasi Israel dijadwalkan bertemu pejabat Gedung Putih akhir pekan, sedangkan kabinet keamanan Israel menggelar sidang darurat membahas “opsi eskalasi lanjutan” bila negosiasi mandek. 


Di pihak lain, Hamas menyatakan hanya akan menandatangani kesepakatan jika ada “jaminan permanen” penghentian perang, penarikan pasukan Israel, dan arus bantuan kemanusiaan tanpa hambatan. Faksi politik Hamas di luar Gaza cenderung mendukung jeda perang; namun sayap yang bertahan di lapangan menyebut “perlawanan total” tetap opsi utama sampai blokade diangkat sepenuhnya. 


Pengamat Timur Tengah menilai Israel “meningkatkan tekanan lewat kekuatan api” agar memasuki ruang negosiasi dengan posisi tawar maksimal. “Ini pola klasik: bom dulu, berunding kemudian,” kata seorang analis di Jerusalem, dikutip The Guardian 


Potret krisis juga kian buram akibat kontroversi Gaza Humanitarian Foundation (GHF) —lembaga swasta yang didukung AS‑Israel. Serangan ke antrian GHF menewaskan puluhan warga kelaparan; NGO internasional menuduh Israel “memakai makanan sebagai umpan” dan menuntut penutupan GHF. 


PBB, Uni Eropa, dan lebih dari 130 organisasi kemanusiaan menuntut investigasi menyeluruh atas serangan ke fasilitas sipil dan pengungsi. Namun hingga berita ini diturunkan, belum ada indikasi penyelidikan independen diterima kedua belah pihak. 


Dengan korban terus berjatuhan dan diplomasi terjebak dalam retorika, Gaza memasuki malam lain tanpa kepastian: di satu sisi negosiator berbicara tentang “peta jalan damai”, di sisi lain warganya masih memunguti serpihan beton bercampur darah. Dunia pun menunggu—apakah bom akan berhenti berbicara lebih keras daripada diplomasi. 


Penulis : Tito Ibrahim

Editor : Fajar Ali

🅵🅾🆃🅾 🆃🅴🆁🅱🅰🆁🆄 :

Bagikan ini ke

ⓈⒽⒶⓇⒺ :

Komentar Anda

TerPopuler