Di Balik Penolakan Macron ke Trump: Skenario Tatanan Dunia Baru Terungkap!
ⒽⓄⓂⒺ

Di Balik Penolakan Macron ke Trump: Skenario Tatanan Dunia Baru Terungkap!

Minggu, Juli 13, 2025

 

Konferensi pers di Paris saat Macron menyerukan Uni Eropa untuk “dengan tegas mempertahankan kepentingan Eropa” terhadap ancaman tarif AS. Foto : Le Monde.fr/Tasnim News


Star News INDONESIAMinggu, (13 Juli 2025). JAKARTA - Presiden Prancis Emmanuel Macron kembali menjadi sorotan setelah menyerukan agar Uni Eropa “dengan tegas mempertahankan kepentingan Eropa” terhadap ancaman tarif 30% yang diumumkan oleh Presiden AS Donald Trump. 


Pernyataan ini muncul setelah Trump mengancam akan memberlakukan tarif baru terhadap seluruh produk dari Uni Eropa dan Meksiko mulai 1 Agustus 2025.


Sementara para pemimpin Eropa lainnya seperti Kanselir Jerman dan Perdana Menteri Italia memilih meredam eskalasi dan menyerukan ketenangan, Macron mengambil posisi konfrontatif. 


Ia mengisyaratkan bahwa Uni Eropa harus bersiap menghadapi "perang dagang" dan tidak boleh tunduk pada tekanan ekonomi dari Washington.


Namun di balik sikap tegas tersebut, muncul dugaan kuat bahwa Macron tengah memainkan peran yang lebih besar dalam arsitektur kekuasaan global. 


Beberapa analis geopolitik dan pengamat intelijen internasional mencatat bahwa Presiden Prancis itu konsisten berada di garis depan dalam upaya mendorong terbentuknya sistem global baru—sebuah tatanan dunia baru yang mencita-citakan satu pemerintahan, satu sistem ekonomi, dan satu mata uang global.


Selama beberapa tahun terakhir, Macron telah menggagas berbagai inisiatif yang mendorong integrasi lebih dalam antarnegara Uni Eropa, termasuk ide mata uang digital bersama, kebijakan fiskal kolektif, dan struktur pertahanan Eropa yang terpisah dari NATO. 


Semuanya mengarah pada pelemahan kedaulatan nasional dan penciptaan struktur global yang lebih terpusat.


Penolakan Macron terhadap langkah-langkah keras AS—baik di bidang perdagangan, militer, maupun energi—telah berulang kali menjadi titik benturan antara Paris dan Washington. 


Dalam beberapa kasus, termasuk dalam isu teknologi dan kebijakan Timur Tengah, Macron bahkan dianggap sebagai penghalang utama strategi AS, seolah menjalankan agenda tandingan yang lebih loyal terhadap elite global ketimbang aliansi transatlantik.


Analis dari kelompok studi independen di Brussel menyebut bahwa Macron bisa menjadi "juru bicara tidak resmi" dari blok kekuatan global yang mendorong restrukturisasi sistem internasional. 


Ketegangan terbaru dengan Trump pun dipandang sebagai babak lanjutan dari tarik-ulur antara dua arus besar dunia: nasionalisme berdaulat versus globalisme terpusat.


Apakah pertentangan ini murni perbedaan strategi dagang atau bagian dari konflik ideologis besar tentang masa depan dunia? 


Satu hal yang pasti: dunia tengah menyaksikan pergeseran kekuatan yang bukan hanya soal tarif, tetapi tentang siapa yang akan mengendalikan sistem global berikutnya.


Penulis : Tedi Abbaz

Editor : Willy Rikardus

πŸ…΅πŸ…ΎπŸ†ƒπŸ…Ύ πŸ†ƒπŸ…΄πŸ†πŸ…±πŸ…°πŸ†πŸ†„ :




Bagikan ini ke

ⓈⒽⒶⓇⒺ :

Komentar Anda

TerPopuler