![]() |
Dari kiri, para pemimpin Brasil, Tiongkok, Afrika Selatan, dan India bersama menteri luar negeri Rusia di KTT Brics 2023 di Afrika Selatan. Foto: Reuters |
Star News INDONESIA, Minggu, (06 Juli 2025). JAKARTA - Brasil sebagai tuan rumah KTT BRICS tahun ini mencoba mengalihkan perhatian aliansi dari isu-isu konflik seperti Timur Tengah dan Ukraina, menuju agenda global yang lebih konstruktif dan inklusif.
Diplomat senior Brasil, Antonio Patriota, menegaskan pentingnya reformasi tata kelola global secara damai dan progresif.
Dalam pidatonya di Overseas Development Institute di London, Patriota menyebut bahwa dunia tidak perlu menunggu "perang dunia baru" untuk memulai reformasi multilateralisme.
Brasil membawa sejumlah usulan konkret dalam forum BRICS kali ini, seperti kerja sama vaksin lintas negara, penguatan status negara berkembang di WTO, dan transisi energi hijau.
Namun, upaya Brasil tak mudah. Tantangan datang dari struktur BRICS yang kini terlalu beragam dan sulit diarahkan pada satu visi bersama.
Selain itu, para analis menilai bahwa mundurnya AS dari peran kepemimpinan global menciptakan kekosongan.
Namun, hingga kini belum ada kekuatan yang benar-benar mampu mengambil alih tongkat estafet tersebut, termasuk BRICS.
Dr Samir Puri dari Chatham House menilai bahwa hanya karena satu tatanan internasional runtuh, bukan berarti tatanan baru otomatis muncul.
Hal ini memperkuat pandangan bahwa multipolaritas dunia saat ini—meski menawarkan peluang—juga mengandung potensi instabilitas baru jika tidak diiringi arah kebijakan global yang jelas dan inklusif.
Penulis : Deni Suprapto
Editor : Fajar Ali