Star News INDONESIA, Rabu, (18 Juni 2025). JAKARTA - Serangan udara Israel terhadap fasilitas nuklir Iran—seperti Natanz dan Fordow—menjadi sorotan tajam dunia internasional. Meski operasi tersebut disebut menimbulkan kerusakan signifikan, berbagai sumber menyatakan bahwa program nuklir Iran tidak lumpuh, bahkan kemampuan utama mereka tetap bertahan.
Menurut laporan The Guardian, fasilitas nuklir Iran telah menjadi target Israel sejak lama. Namun, program nuklir tersebut dirancang untuk bertahan dari serangan langsung dengan sistem pertahanan berlapis dan struktur bawah tanah. Serangan Israel hanya mampu mengganggu aktivitas di permukaan atau bagian-bagian non-kritis.
Sumber dari Washington Post menguatkan penilaian ini, dengan menyebut bahwa kerusakan terjadi di bagian atas fasilitas, sementara sistem utama—termasuk centrifuge—masih aman. Artinya, kemampuan pengayaan uranium Iran tetap utuh dan dapat segera dilanjutkan.
Intelijen Amerika Serikat yang dikutip Times of India dan Economic Times juga menyebut bahwa Iran setidaknya masih beberapa tahun dari kemampuan memproduksi senjata nuklir. Dengan kata lain, serangan Israel tidak mengubah peta ancaman secara drastis.
Bahkan, beberapa analis memperingatkan bahwa tindakan Israel ini justru dapat mempercepat motivasi Iran untuk membangun kapabilitas nuklir sebagai bentuk pertahanan strategis.
Secara politik, serangan ini membuka pertanyaan besar: Apakah kekuatan militer saja cukup untuk menghambat ambisi nuklir negara yang telah lama bersiap secara teknis dan psikologis? Bagi banyak pihak, jawaban tampaknya "tidak".
Fakta ini menegaskan bahwa ancaman nuklir dari Iran masih sangat relevan, dan justru berpotensi meningkat seiring ketegangan yang terus memanas. Dunia kini mengamati langkah selanjutnya dari kedua pihak, sambil berharap tidak terjadi eskalasi lebih lanjut.
Penulis : M. Rahmat
Editor : Fajar Ali