![]() |
Pendukung organisasi oposisi Iran Mujahedin-e-Khalq (MEK) menyerukan perubahan rezim dan mendukung pemimpin oposisi Maryam Rajavi. (Sumber: AFP) |
Star News INDONESIA, Kamis, (19 Juni 2025). JAKARTA - Di tengah ketegangan regional yang terus meningkat, kelompok oposisi Iran kini menghadapi dilema besar: apakah akan menerima dukungan dari kekuatan asing seperti Amerika Serikat dan Israel untuk menggulingkan rezim Teheran?
Menurut laporan The Guardian, sebagian kelompok oposisi yang tinggal di luar negeri melihat peluang perubahan rezim sebagai hal yang menggiurkan, terlebih setelah kampanye militer Israel terhadap fasilitas nuklir Iran intensif dalam dua pekan terakhir. Namun, banyak pula dari mereka yang mengingatkan akan bahaya sejarah, seperti kudeta 1953 yang disponsori CIA atau kehancuran negara-negara seperti Irak dan Libya pasca intervensi Barat.
“Ini bukan hanya soal menjatuhkan rezim. Ini soal siapa yang akan menggantikannya dan dengan harga apa,” kata seorang aktivis oposisi di pengasingan, dikutip dari The Guardian.
Sementara itu, laporan dari Vox menyebut bahwa meskipun pemerintah Israel menegaskan bahwa serangan mereka bertujuan untuk menghentikan program nuklir Iran, banyak analis meyakini bahwa tujuan tersembunyi mereka adalah perubahan rezim. Operasi “Rising Lion” diyakini sebagai bagian dari strategi jangka panjang untuk mengacaukan stabilitas politik di Teheran.
Dalam pandangan The New Yorker, pendekatan Israel ini menimbulkan pertanyaan besar: apakah Israel benar-benar mengejar keamanan nasional atau mencoba mengatur ulang kepemimpinan regional dengan menggulingkan musuh utamanya?
Sikap Amerika Serikat sendiri masih belum sepenuhnya jelas. Meskipun mantan Presiden Donald Trump mendorong tindakan keras terhadap Iran, pemerintahan saat ini lebih hati-hati dalam menyatakan dukungan resmi terhadap perubahan rezim.
Yang pasti, lanskap politik Iran tengah bergejolak—tidak hanya oleh tekanan eksternal, tetapi juga oleh kegelisahan internal di antara warganya sendiri dan kelompok-kelompok oposisi yang kini dihadapkan pada pilihan sulit: bertahan dengan risiko stagnasi, atau menerima campur tangan asing dengan segala konsekuensinya.
Penulis : Tito Ibrahim
Editor : Regina Panjaitan