![]() |
Presiden AS Donald Trump dan Sekjen NATO Mark Rutte berbincang akrab setelah konferensi pers di KTT NATO, Den Haag. (AP Photo/John Thys) |
Star News INDONESIA, Rabu, (25 Juni 2025). JAKARTA - Presiden Amerika Serikat Donald Trump kembali menjadi pusat perhatian dunia setelah menyampaikan pernyataan keras namun penuh pujian dalam pertemuan puncak NATO yang berlangsung di Den Haag, 24–25 Juni 2025.
Dalam pidatonya, Trump menyambut baik niat negara-negara anggota NATO untuk menaikkan target pengeluaran pertahanan dari 2% menjadi 5% dari Produk Domestik Bruto (PDB) secara bertahap hingga tahun 2035.
"NATO akan menjadi sangat kuat bersama kita," ujar Trump disambut tepuk tangan para kepala negara.
Langkah ini dinilai sebagai perubahan strategis besar dalam sejarah aliansi militer tersebut. Tidak hanya itu, Sekretaris Jenderal NATO yang baru, Mark Rutte, secara mengejutkan menyebut Trump sebagai "ayah" atas inisiatif dan tekanan diplomatiknya selama ini yang dianggap menjadi pemicu kesepakatan baru tersebut.
“He is, in a way, the daddy of this shift,” kata Rutte sambil tersenyum dalam konferensi pers bersama.
Target Ambisius NATO
Kesepakatan baru itu mencakup:
* 3,5% PDB dialokasikan untuk belanja militer utama (personel, perlengkapan, dan operasi).
* 1,5% PDB digunakan untuk infrastruktur keamanan, siber, dan cadangan krisis.
Perubahan ini dianggap penting di tengah meningkatnya ketegangan global, termasuk konflik yang masih berlangsung di Ukraina dan Laut Cina Selatan. Beberapa analis menyebut langkah ini sebagai bentuk “kebangkitan” NATO dalam menghadapi dunia multipolar.
Respon Dunia Internasional
Beberapa negara Eropa yang sebelumnya skeptis terhadap tekanan Trump kini menyatakan dukungan. Kanselir Jerman, Menteri Pertahanan Prancis, hingga Perdana Menteri Inggris, menyebut kesepakatan ini sebagai "langkah maju bersejarah" untuk solidaritas trans-Atlantik.
Sementara itu, di dalam negeri AS, respons terhadap peran Trump di forum internasional ini mendapat pujian dari sebagian besar anggota Partai Republik, namun tetap menuai kritik dari Partai Demokrat yang menilai pendekatan Trump terlalu transaksional.
Penulis : Eddie Lim
Editor : Meli Purba