![]() |
Kendaraan dan properti terbakar di Kafr Malik saat pemukim menyerbu dan membakar sejumlah mobil serta bangunan. Reuters.com |
Star News INDONESIA, Kamis, (26 Juni 2025). JAKARTA - Kekerasan kembali memuncak di wilayah pendudukan Tepi Barat, Pada Rabu, (25/06/2025).
Tiga warga Palestina dilaporkan tewas dan sedikitnya tujuh lainnya luka-luka setelah puluhan pemukim Israel menyerang kota Kafr Malik di timur laut Ramallah.
Bentrokan itu berujung pada pengerahan pasukan Israel yang melepaskan tembakan ke arah warga Palestina.
Menurut Kementerian Kesehatan Palestina, ketiga korban meninggal terkena peluru tajam ketika mencoba menangkis serangan pemukim yang membakar properti dan kendaraan.
Militer Israel mengonfirmasi “operasi penindakan” dengan dalih memulihkan ketertiban, namun tidak merinci alasan penembakan mematikan tersebut.
Di lokasi terpisah, seorang remaja Palestina berusia 15 tahun, Rayan Tamer Houshiyeh, tertembak di bagian leher saat razia militer di kota Al-Yamoun, barat laut Jenin.
Remaja itu dinyatakan meninggal beberapa jam kemudian di rumah sakit setempat. Sumber militer Israel mengklaim pasukan “merespons ancaman huru-hara” tanpa mengakui adanya senjata api dari pihak warga.
Media regional Al Jazeera dan The New Arab menyebut insiden ini menambah panjang daftar korban anak-anak di Tepi Barat—setidaknya delapan remaja Palestina tewas oleh peluru Israel sejak Mei 2025.
Gelombang Kecaman Internasional
Organisasi HAM, termasuk B’Tselem dan Human Rights Watch, menuntut penyelidikan independen atas dugaan “penggunaan kekuatan berlebihan” oleh Israel serta keterlibatan aktif militer dalam serangan pemukim.
Uni Eropa pekan ini juga menyoroti ”pelanggaran HAM sistematis” Israel di wilayah pendudukan.
Kementerian Luar Negeri Palestina menyebut serangan di Kafr Malik sebagai “pogrom modern” dan meminta Mahkamah Pidana Internasional (ICC) mempercepat proses penyelidikan kejahatan perang.
Sementara itu, Pemerintah Israel menegaskan “hak untuk membela warga sipil Israel” dan berjanji meningkatkan pengerahan pasukan di kawasan pemukiman Yahudi.
Latar Belakang Konflik
Kekerasan antara pemukim Israel dan warga Palestina di Tepi Barat melonjak tajam sejak awal 2024, dipicu perluasan permukiman baru dan pembatasan lahan pertanian Palestina.
Data PBB mencatat lebih dari 1.250 insiden kekerasan pemukim pada 2024, naik 48 % dibanding tahun sebelumnya.
Analis Timur Tengah menilai absennya proses damai yang kredibel mendorong milisi pemukim bertindak agresif, sementara militer Israel kerap gagal atau enggan meredam serangan.
“Situasi ini riskan memicu eskalasi berskala luas,” kata Prof. Yousef Munayyer, pengamat di Middle East Institute.
Kesimpulan
Peristiwa di Kafr Malik dan Al-Yamoun menjadi pengingat tragis bahwa lingkaran kekerasan di Tepi Barat semakin sulit diputus. Tanpa akuntabilitas jelas terhadap pelaku kekerasan—baik pemukim maupun aparat—prospek de-eskalasi tampak suram, sementara warga sipil Palestina terus menanggung korban jiwa.
Penulis : M. Rahmat
Editor : Fajar Ali