![]() |
Star News INDONESIA, Jumat, (20 Juni 2025). JAKARTA - Ketegangan memuncak di ibu kota Iran, Teheran, setelah serangan udara Israel mengguncang sejumlah wilayah pada pertengahan Juni. Di tengah ledakan dan asap yang membubung di langit timur kota, warga sipil hidup dalam ketakutan dan kesulitan ekonomi yang semakin parah.
Anahita, seorang perempuan Teheran berusia 30-an, menggambarkan kondisi mencekam yang ia alami. “Saya terus-menerus takut rudal akan menghantam rumah saya,” ujarnya dalam wawancara dengan The Guardian. Setelah beberapa hari tanpa tidur dan penuh kecemasan, ia memutuskan untuk meninggalkan kota dan mengungsi ke luar Teheran demi keselamatan diri.
Laporan ini datang di tengah meningkatnya intensitas serangan Israel ke sejumlah target militer dan strategis di dalam wilayah Iran. Reuters dan Associated Press mengonfirmasi bahwa Israel telah melancarkan serangan ke situs-situs seperti kompleks penyiaran IRIB dan fasilitas pertahanan di timur Teheran sejak 17 Juni.
![]() |
Asap hitam tebal dari tanah—mirip lokasi dampak langsung serangan udara dekat depot atau instalasi sensitif. (Reuters via Aawsat) |
Situasi ini diperburuk oleh krisis ekonomi yang sudah membebani masyarakat Iran. Inflasi mencapai hampir 39 persen, menurut data TradingEconomics untuk April–Mei 2025, sementara harga kebutuhan pokok melonjak lebih dari 40 persen. Anahita menuturkan bahwa "bahkan telur dan roti sekarang terasa seperti barang mewah."
Pemerintah Iran sejauh ini belum mengeluarkan rincian resmi tentang dampak langsung serangan terhadap warga sipil, sementara akses informasi sangat terbatas akibat pembatasan media dan sensor ketat terhadap jurnalis internasional.
Meski berada dalam tekanan besar, Anahita dan banyak warga Iran lainnya masih menyimpan harapan akan perubahan. “Kami ingin hidup tanpa rasa takut. Mungkin inilah awal dari sesuatu yang baru bagi kami,” tutupnya.
Penulis : Eddie Lim
Editor : Meli Purba