![]() |
Sidang “Two Sessions” di Beijing, sebuah pertemuan strategis nasional China—menunjukkan kekuatan diplomasi dan pengambilan keputusan tinggi. |
Star News INDONESIA, Minggu, (29 Juni 2025). JAKARTA - Di tengah gejolak geopolitik global yang melibatkan Iran, Rusia, Amerika Serikat, dan Israel, ada satu negara seolah terlihat tenang, bahkan ingin terkesan netral.
Namun, di balik sikap diamnya, China diduga sedang memainkan permainan berbahaya yang bisa mengubah wajah dunia selamanya.
Banyak analis intelijen mengungkap bahwa China kini mengadopsi strategi bayangan — membiarkan konflik regional membara, khususnya antara AS dengan Iran dan Rusia, untuk kemudian tampil sebagai "penyelamat dunia" saat kekuatan-kekuatan besar itu saling melemahkan.
Sumber dari kalangan diplomatik menyebut, Beijing secara tidak langsung mendukung kestabilan rezim di Teheran dan Moskow, baik lewat bantuan teknologi, ekonomi, hingga kerja sama strategis di sektor energi.
Akan tetapi di hadapan publik dunia, China terus menyuarakan "perdamaian global" dan "netralitas".
"Ini bukan lagi soal siapa yang menembak peluru pertama. China tidak perlu berperang. Mereka hanya perlu memastikan pemain utama hancur, lalu mengambil alih reruntuhan," ujar seorang analis geopolitik senior yang enggan disebutkan namanya.
Skenario ini disebut sebagai bagian dari ambisi jangka panjang Tiongkok untuk menjadi pemimpin global pada tahun-tahun mendatang.
Ketika ekonomi Barat terpuruk akibat konflik berkepanjangan, Beijing memperkuat posisinya di Asia, Afrika, dan Amerika Latin melalui inisiatif Belt and Road serta dominasi ekonomi digital.
Lebih lanjut, para pakar juga memperingatkan tentang potensi perang proksi yang bisa meledak sewaktu-waktu.
Dengan Iran yang makin agresif terhadap Israel dan Rusia yang tak henti menekan Ukraina — semua berlangsung di saat AS terpecah secara politik di dalam negeri — posisi China justru makin aman dan strategis.
"China memainkan catur, bukan adu jotos. Tapi justru itu yang paling berbahaya," lanjut analis tersebut. "Dunia harus mulai membuka mata terhadap kemunafikan diplomatik Beijing."
Sementara dunia sibuk dengan konflik yang terlihat di permukaan, China terus membangun kekuatan teknologi, militer, dan ekonomi dengan kecepatan tinggi.
Jika skenario kehancuran global benar-benar terjadi, Beijing bisa jadi aktor tunggal yang muncul dari bayang-bayang sebagai pemimpin tatanan dunia baru.
Pertanyaannya kini: apakah dunia akan sadar sebelum semuanya terlambat?
Penulis : Eddie Lim
Editor : Septian Maulana