Christian Lescrow Bengngu : "Saatnya Sekarang Indonesia Menggunakan Thorium Untuk Pembangkit Listrik Nasional"
HOME

Christian Lescrow Bengngu : "Saatnya Sekarang Indonesia Menggunakan Thorium Untuk Pembangkit Listrik Nasional"

Kamis, 02 Mei 2024, 11:27
Drs. T Christian Lescrow Bengngu STh. MM. (Pimpinan Redaksi Media Star News Indonesia)


Star News INDONESIA, Kamis, (02 Mei 2024). JAKARTA - Kenaikan harga bahan bakar minyak akibat Perang Isreal vs Iran. Kemungkinan akan terus bertahan. Ketergantungan Terhadap Impor Bahan Bakar Minyak dari Iran dan Timur tengah  tersebut perlu ada perimbangan  dengan menggunakan  Sumber Energi lainnya. 


Dan Sudah saatnya Indonesia memiliki Pembangkit Listrik Bertenaga Nuklir Hijau Atau yang disebut Thorium, karena Indonesia memiliki Thorium yang tidak kalah dengan negara lainnya di Eropa maupun Rusia. 


Penggunaan Nuklir Hijau atau Thorium tersebut lebih dapat mengirit APBN dalam hal Impor Minyak dari negara lain kita bisa bayangkan impor  Minyak kita per hari menurut Menteri Investasi Balil Lahadalia  per hari saja 800 000 Barrel  Dengan makin naiknya harga minyak sekarang maka Pemerintah merogoh kantong lebih dalam lagi untuk mengimpor minyak memenuhi kebutuhan energi dalam negeri .


Impor minyak kita 800 ribu barel per day, karena  kita bukan OPEC lagi, tapi pengimpor minyak. Banyak dampaknya perang Israel  vs Iran itu ke Indonesia. Apalagi Negara kita juga mengimpor minyak dari Iran.


Sudah saatnya Indonesia beralih ke Energi alternatif  yaitu Energi Nuklir Hijau atau Thorium.


Pertanyaannya apakah yang menjadi pembeda antara bahan nuklir berbasis uranium dan thorium? Thorium merupakan bahan bakar yang yang memilki densitas energi terpadat. Alhasil 1 ton thorium yang hanya sebesar bola basket dapat menjadi bahan bakar pembangkit listrik berdaya 1,000 MW selama 1 tahun.


Bandingkan dengan uranium yang membutuhkan 200 ton atau batubara yang membutuhkan 3,5 juta ton. - dan yang lebih menggembirakan bahwa Indonesia memiliki cadangan thorium untuk 1.000 tahun.


Beberapa ilmuwan menyebut energi thorium merupakan sebuah revolusi energi,  sebuah sumber energi yang bersih, menghasilkan limbah nuklir yang sangat kecil, tidak dapat dipersenjatai, tidak mengeluarkan emisi apapun dan karena densitas energi yang sangat tinggi maka energi yang dihasilkan sangat murah.


Thorium akan mengakhiri pengunaan bahan bakar berbasis fosil seperti minyak dan batubara selamanya. Sebab di masa depan, kendaraan, kapal laut, bahkan pesawat terbang dapat memakai thorium sebagai bahan bakar.


Bayangkan, dari sisi total biaya produksi termasuk operasional, pembangkit listrik dari thorium juga lebih murah. Thorium hanya membutuhkan USD3 sen per kwh. Bandingkan dengan jika menggunakan batu bara membutuhkan USD5,6 sen per kWh, gas USD4,8 sen per kWh, tenaga angin USD18,4 sen per kWh, dan panas matahari USD23,5 sen per kWh.


Pertanyaan selanjutnya, apakah Indonesia akan menjadi pelopor penggunaan thorium sebagai bahan bakar pembangkit listrik bersama AS dan Tiongkok. Tentu kita tunggu saja langkah berikutnya dari pemerintah.


Indonesia memiliki Thorium yang terdapat di Propinsi Bangka belitung dan Perusahaan dari Amerika Serikat, ThorCon International Pte. Ltd disebut sangat mengincar Thorium, mineral yang banyak terdapat di Provinsi Kepulauan Bangka Belitung Tersebut. Thorium lebih ramah terhadap lingkungan dibandingkan Uranium.


Thorium merupakan salah satu jenis nuklir di samping uranium. Namun, limbah radioaktif yang dihasilkan torium jauh lebih rendah daripada uranium.


Pakar Teknologi Nuklir dan Pengolahan Bahan Mineral alumni S2 Universitas Gadjah Mada, Akbar Yulandra, menjelaskan bahwa thorium adalah unsur radioaktif dengan nomor atom 90 dengan isotop paling stabil yaitu 232 (Th-232).


Bagaimana dengan limbah yang dihasilkan oleh Thorium dan dampak terhadap  lingkungan yang berada disekitarnya ?


Torium dan uranium merupakan unsur radioaktif yang paling banyak dipelajari karena radioaktivitasnya cukup rendah sehingga tidak diperlukan penanganan yang khusus dalam laboratorium.


Jika reaktor berbahan bakar uranium menghasilkan limbah berton-ton selama hidup reaktor, dan tetap beracun selama 10.000 tahun kedepan, maka reaktor thorium menghasilkan lebih sedikit limbah, yang tetap beracun hanya untuk sekitar 500 tahun kedepan. Jelas lebih aman dari Uranium.


(European Organization for Nuclear Research), telah meneliti tentang pengembangan penggunaan thorium sebagai alternatif yang murah, bersih dan aman sebagai pengganti uranium.


Kita menunggu  kebijakan Pemerintah dalam menghadapi Krisis Energi kedepan. Semoga Menjadi lebih Efisien dan lebih membantu Rakyat Kecil dalam Pengadaan Energi.


Penulis : Drs. T Christian Lescrow Bengngu STh. MM. (Pemimpin Redaksi STAR NEWS INDONESIA)

Editor : Jibrael Otniel Parlindungan B.

Foto Terbaru :

Bagikan ini ke

BAGIKAN INI :

Komentar Anda

TerPopuler