Star News INDONESIA, Jumat, (24 Mei 2024). JAKARTA - Elon Musk mengkritik tarif pemerintah AS terhadap kendaraan listrik Tiongkok, dan menggambarkan tarif tersebut “tidak baik” dan merupakan distorsi terhadap pasar mobil.
Kepala eksekutif Tesla sebelumnya mendukung hambatan perdagangan tetapi dia melakukan perubahan arah pada hari Kamis saat tampil dalam video di konferensi teknologi Paris.
“Baik Tesla maupun saya tidak meminta tarif ini, bahkan saya terkejut ketika diumumkan. Hal-hal yang menghambat kebebasan bertukar atau mendistorsi pasar adalah hal yang tidak baik,” kata Musk di Viva Technology melalui tautan video.
Joe Biden bulan ini memperkenalkan tarif baru – pajak yang dibebankan pada impor asing – pada berbagai barang Tiongkok, termasuk kendaraan listrik, dalam upaya untuk mendukung manufaktur AS. Gedung Putih telah mempertahankan sejumlah tarif yang diperkenalkan pada masa kepresidenan Donald Trump , dan meningkatkan tarif lainnya, termasuk menaikkan tarif kendaraan listrik empat kali lipat menjadi lebih dari 100%. Langkah-langkah baru ini berdampak pada barang-barang impor Tiongkok senilai $18 miliar (£14 miliar), menurut para pejabat.
Pada bulan Januari, Musk mengatakan hambatan perdagangan diperlukan atau Tiongkok akan “menghancurkan sebagian besar perusahaan mobil lain di dunia”. Kinerja keuangan Tesla dipengaruhi oleh persaingan dari pabrikan Tiongkok, termasuk tekanan penurunan harga. Bulan lalu, Tesla merebut kembali gelar produsen kendaraan listrik terbesar di dunia dari rivalnya di Tiongkok, BYD, berdasarkan penjualan mobil kuartal pertama.
Berbicara di konferensi Viva, Musk membalas komentarnya pada bulan Januari. Dia mengatakan Tesla bersaing “cukup baik” di pasar utama Tiongkok tanpa tarif. Pekan ini, kelompok perdagangan Tiongkok mengatakan Beijing sedang mempertimbangkan tarif balasan, meskipun pada mobil bertenaga bensin .
“Tesla bersaing cukup baik di pasar Tiongkok tanpa tarif dan tanpa dukungan diferensial. Saya mendukung tidak adanya tarif,” kata Musk.
Marina Alekseenkova, direktur Hypothesis Research, mengatakan tarif AS mendukung produsen dalam negeri tetapi dapat “memperlambat tren pertumbuhan pasar kendaraan listrik secara keseluruhan”.
Matthias Schmidt, seorang analis industri otomotif, mengatakan: “Musk sedang mencoba strategi pembatasan kerusakan untuk membatasi tindakan pembalasan terhadap perusahaan-perusahaan AS di Tiongkok akibat kenaikan tarif AS. Hal yang sama juga berlaku bagi perusahaan-perusahaan Jerman yang secara terbuka menyerukan agar tarif Tiongkok tidak dinaikkan di seluruh UE atau bahkan ada yang menyerukan pemotongan tarif. Mereka ketakutan karena tidak bisa masuk ke pasar mobil penumpang terbesar di dunia, Tiongkok.”
Penulis : Deni Suprapto
Editor : Meli Purba