![]() |
(Gambar: AFP melalui Getty Images) |
Star News INDONESIA, Selasa (07 November 2023). JAKARTA - Pasukan Pertahanan Israel mengatakan bahwa Gaza kini terbelah menjadi dua dengan puluhan ribu Militan Hamas kini terjebak di bawah reruntuhan Gaza sementara jumlah korban tewas warga Palestina meningkat diatas 10.000 orang.
Demikian ditulis Mirror Pada Senin, (06/11/2023). Media asal Inggris itu mengatakan bahwa, Warga Palestina berduka saat mereka duduk di reruntuhan sebuah bangunan di kamp pengungsi Shati di Kota Gaza.
Hal itu dikarenakan puluhan ribu pejuang Hamas terpaksa harus terjebak di bawah reruntuhan Kota Gaza setelah pemboman besar-besaran oleh Militer Israel.
Pasukan Pertahanan Israel mengatakan daerah konsentrasi itu terpecah menjadi dua, tanpa jalan keluar bagi milisi, dan Kota Gaza dikepung kemarin.
Menjelang peringatan satu bulan serangan Hamas pada 7 Oktober, Kementerian Kesehatan Gaza mengatakan data mereka sebanyak 10.022 warga Palestina telah tewas akibat serangan balasan Militer Israel.
Ketika jumlah korban tewas meningkat, lembaga bantuan meminta gencatan senjata. Israel mengatakan pihaknya menyerang 450 sasaran dalam semalam, menewaskan para pemimpin Hamas.
Jet F16 menghancurkan kompleks militer, sementara seluruh senjata disita di sebuah rumah di sekitar Kota Gaza.
Israel memperkirakan akan mengambil alih Gaza dalam hitungan jam, bukan hitungan hari. Namun mereka akan menghadapi 40.000 pemberontak yang siap berperang sampai mati.
Juru bicara militer Israel Jonathan Conricus mengatakan pihaknya menargetkan terowongan tersebut tetapi 240 sandera mungkin ditahan di sana.
![]() |
(Gambar: AFP melalui Getty Images) |
Dia menambahkan: “Kami menyerang benteng demi benteng dalam upaya sistematis untuk membongkar kemampuan militer Hamas.” Laksamana Muda IDF Daniel Hagari juga menyebutnya sebagai “tahap penting” dalam perang tersebut, dengan pasukan diperkirakan akan memasuki Kota Gaza dalam waktu 48 jam.
Badan-badan bantuan memperingatkan panggilan darurat tidak dapat dilakukan jika komunikasi di Gaza terputus sebelum listrik kembali menyala. Mereka menyerukan “gencatan senjata kemanusiaan segera”, dan menambahkan: “Cukup sudah”. PBB menambahkan: “Selama hampir sebulan, dunia menyaksikan situasi yang terjadi dalam keterkejutan dan kengerian atas meningkatnya jumlah nyawa yang hilang dan terkoyak.”
Israel mengatakan lebih dari 1.400 warganya telah terbunuh dan Hamas telah menembakkan 9.000 roket. IDF telah melancarkan 2.500 serangan udara terhadap militan. Presiden AS Joe Biden mengemukakan perlunya jeda kemanusiaan dengan Perdana Menteri Israel Benjamin Netanyahu tetapi tidak ada kesepakatan. Serangan ini terjadi ketika Israel menyerang sasaran di Rafah dan kamp pengungsi Shati di Kota Gaza.
Keluarga sandera Israel menangis di “tembok orang-orang terkasih” di Tel Aviv. Seorang polisi wanita ditikam sampai mati di kota tua Yerusalem, dan penyerangnya, berusia 16 tahun, tertembak. Di Tepi Barat, empat pria Palestina tewas di dalam kendaraan di Tulkarem. Dua orang tersebut diklaim adalah militan.
Yordania menjatuhkan pasokan medis dari udara ke rumah sakit lapangan di Gaza, sementara kapal selam nuklir AS berlabuh di Timur Tengah. Sekitar 90 warga Inggris masih menunggu untuk melihat apakah mereka bisa mencapai perbatasan dengan Mesir.
Sementara sumber lainnya mengatakan lebih dari 100 orang berhasil melarikan diri sebelum penyeberangan Rafah ditutup pada hari Sabtu.
Pengungsi yang diizinkan meninggalkan Gaza ditunjukkan dalam gambar udara hitam putih di jalan raya utara-selatan. Mereka bercerita tentang membawa anak-anak mereka melewati mayat. Makanan, obat-obatan, bahan bakar dan air semakin menipis, dan tempat penampungan PBB melebihi kapasitasnya. Israel telah menolak seruan gencatan senjata dari Yordania dan Mesir. Setelah berhari-hari melakukan diplomasi, Menteri Luar Negeri AS Antony Blinken pulang. Dia mengatakan perundingan akan terus berlanjut untuk mencapai penghentian permusuhan dalam waktu singkat.
Penulis : Dwi
Editor : Fajar Ali