![]() |
Star News INDONESIA, Kamis (16 November 2023). JAKARTA - Kapolri baru-baru ini menggantikan Kapolda Metro Jaya yang sebelumnya, dan perubahan tersebut menimbulkan kontroversi. Kapolda Metro yang baru terlihat memilih-milih media untuk eksploitasi, menciptakan perbedaan mencolok dengan pendahulunya.
Kapolda sebelumnya dikenal dengan pendekatan yang lebih terbuka terhadap berbagai media, memberikan akses yang setara kepada semua outlet berita. Namun, Kapolda Metro Jaya yang baru justru terlihat lebih selektif dalam memberikan informasi kepada media, menimbulkan kekhawatiran akan potensi eksploitasi atau penyeleksian berita.
Beberapa kalangan mengkritik keputusan Kapolda Metro yang baru tersebut, menganggap bahwa pemilihan media yang spesifik dapat merugikan keberagaman informasi dan kebebasan pers. Sementara pendukungnya berpendapat bahwa pendekatan ini diperlukan untuk menjaga kontrol terhadap narasi yang berkembang di media.
Polemik ini terus berkembang di tengah-tengah masyarakat, menciptakan ketidakpastian terkait arah kebijakan media yang akan diambil oleh Kapolda Metro yang baru. Sejumlah pihak menekankan perlunya transparansi dan keadilan dalam menyajikan informasi kepada publik, sambil menghormati kebebasan pers sebagai prinsip dasar dalam demokrasi.
Berdasarkan pengamatan saya kelompok jurnalis yang bercokol di Polda Metro yang menamai Forum Wartawan Polri atau FWP lakukan penjegalan kepada sesama jurnalis yang dianggap diluar lingkarannya entah itu titipan atau bukan.
Yang bersangkutan mengatakan "Bro nanti ada acara tapi ini khusus FWP, ia bilang salah satu anggota FWP yang tidak perlu disebut namanya."
Saya bilang acara sama siapa sama Kapolda dan PJU di Gedung Promoter, setiap acara sama PJU selalu ada pengkotak-kotakkan dan penjegalan terhadap rekan wartawan yang diluar FWP agar tidak ikut acara.
Sumber: *Penulis adalah jurnalis yang sehari-hari meliput di lingkup Mapolda Metro
Editor : Rahmat Hidayat