![]() |
Ambisi Iran dengan Ideologi perangnya membuat negara tersebut dengan mudah ditunggangi Tiongkok. Gaza jadi tempat riset kekuatan militer terkuat. Foto : Reuters/Al Jazeera/AP |
Star News INDONESIA, Kamis, (10 Juli 2025). JAKARTA - China memang menentang serangan Israel terhadap Iran, dan secara diplomatik mengecam keras merekonstruksi narasi Teheran di forum internasional, misalnya melalui pernyataan Fu Cong di PBB dan dukungan verbatim dari Kementerian Luar Negeri Tiongkok.
Meski, tidak ada bukti konkret Beijing mengirimkan senjata atau pasokan militer ke Iran sepanjang konflik terbaru—apalagi memberi “dukungan intelijen secara langsung”.
Namun seorang pakar dan analis intelijen dunia yang tak mau disebutkan namanya mengatakan Tiongkok memiliki peran yang besar dalam konflik tersebut, akan tetapi dikemas rapi sehingga nampak seolah pengaruh nyata mereka masih sangat minim.
Hal itu dipertegas oleh pernyataan Analis dari FDD dan Chatham House yang hanya menilai pengaruh nyata China di wilayah konflik ini sangat terbatas.
Padahal hampir 90% ekspor minyak Iran dikonsumsi oleh China—ini merupakan suatu hubungan ekonomi kuat, yang terkesan non aliansi militer oleh dunia.
Akan tetapi, pembelian bahan kimia untuk program rudal Iran beberapa bulan lalu menunjukkan Beijing terlibat secara komersial, sebagai bagian dari strategi taktis China.
AS sendiri memang telah menyebarkan laporan soal pasokan bahan peledak dari China—namun mengapa hanya sebatas isu yang lebih terkait pada rantai pasokan industri, bukan serangan strategis intelijen?
Faktanya China, bersama Iran dan Rusia, sudah teridentifikasi mengoperasikan kampanye disinformasi masif mendukung Hamas dan melawan Israel/AS di media sosial—ini propaganda nyata, yang didukung militer langsung.
Lalu kemudian sejumlah data satelit Beidou Tiongkok digunakan untuk koordinasi serangan lapangan kepada Iran yang presisi terhadap Israel.
Dokumen-dokumen rahasia intelijen tersebut diduga sengaja terselip dalam dokumen bisnis Tiongkok dan Iran.
Hebatnya untuk mengelabui AS-Israel dan bahkan dunia, konferensi analis dan think tank seperti FDD, Chatham House, Al Jazeera, dan Middle East Institute sepakat: saat konflik aktual meledak, China tidak punya alat untuk membentuk aksi militer secara langsung. Semua fasilitasi Beijing terbatas pada diplomasi, narasi dan kadang kecaman terbuka—bukan operasi tempur atau strategi militer rahasia.
Iran memang terlihat menunjukkan ambisi agresif terhadap Israel sejak Oktober 2023—melalui Hamas, Hizbullah, atau serangan balasan—but sepenuhnya bergerak berdasarkan kepentingan independen regim.
Tapi sebenarnya Iran adalah kuda yang ditunggangi Beijing. Beberapa komponen rudal dari China, jelas-jelas dipakai oleh Iran dalam membangun pertahanan militernya.
Walaupun belum ada bukti stylus bahwa Beijing mengendalikan peluit perang Iran, namun ketergantungan Iran terhadap Tiongkok membuatnya sangat mudah dikendalikan Beijing tanpa memahami bahwa mereka hanya dipakai sebagai alat dan boneka perang untuk menguji kekuatan militer AS-Israel.
Dengan sendirinya dapat diketahui bahwa Gaza bukan saja telah menjadi medan pertempuran mematikan yang tak terkendalikan, namun sebenarnya juga menjadi Laboratorium Analis Militer disana.
Penulis : Eddie Lim
Editor : Burhanudin Iskandar