![]() |
Freedom Flotilla Dicegat Israel: Bantuan untuk Gaza Dianggap Ancaman. Foto : AP |
Star News INDONESIA, Senin, (09 Juni 2025). JAKARTA - Pasukan angkatan laut Israel menyita kapal bantuan Madleen, yang sedang menuju Jalur Gaza membawa pasokan kemanusiaan penting.
Kapal tersebut merupakan bagian dari misi Freedom Flotilla Coalition dan membawa 12 penumpang, termasuk aktivis lingkungan dunia Greta Thunberg dan anggota parlemen Eropa, Rima Hassan.
Penangkapan terjadi di perairan internasional, sekitar 200 kilometer dari pesisir Gaza. Menurut laporan dari The Times dan Financial Times, kapal itu membawa bantuan medis, susu formula, dan persediaan makanan untuk penduduk Gaza yang terdampak blokade dan krisis kemanusiaan akibat perang.
Militer Israel menyebut tindakan tersebut sebagai langkah preventif dalam menjaga keamanan kawasan dan mencegah "penyusupan senjata melalui jalur laut." Kapal Madleen dialihkan ke pelabuhan Ashdod, Israel, dan seluruh penumpang ditahan sementara untuk pemeriksaan.
Dalam pernyataan resmi, militer Israel mengatakan bahwa penahanan berlangsung “tanpa kekerasan” dan bahwa semua penumpang diperlakukan secara manusiawi. Namun, organisasi pengirim kapal, Freedom Flotilla Coalition, mengecam aksi itu sebagai bentuk "penculikan oleh negara" dan pelanggaran terhadap hukum laut internasional.
Sementara itu, sejumlah organisasi hak asasi manusia, termasuk Amnesty International dan kelompok advokasi Palestina, mengecam tindakan Israel. Mereka menilai penyitaan ini merupakan pelanggaran atas hak kebebasan berlayar dan niat kemanusiaan.
Aktivis dari seluruh dunia bereaksi keras. Di Australia, lebih dari 100 demonstran menggelar aksi solidaritas menuntut pembebasan para aktivis dan bantuan yang dibawa kapal tersebut. Pemerintah Swedia dan beberapa negara Eropa tengah mengupayakan jalur diplomatik untuk memulangkan warga mereka, termasuk Thunberg.
Kementerian Pertahanan Israel bahkan menyatakan bahwa para aktivis akan dipertontonkan rekaman serangan Hamas pada 7 Oktober 2023 sebagai “pendidikan sejarah,” menambah kontroversi atas perlakuan mereka terhadap para aktivis sipil.
Peristiwa ini kembali menyoroti krisis kemanusiaan di Gaza dan ketegangan yang terus memuncak di kawasan tersebut. Meskipun Israel menjanjikan bantuan akan dialirkan ke Gaza melalui jalur resmi, pihak pengirim menyatakan bahwa proses itu terlalu lambat dan penuh pembatasan politik.
Penulis : Sultan Hafidz
Editor : Burhanudin Iskandar