Mei 1998: Ketika Jakarta Membara dan Orde Baru Runtuh
ⒽⓄⓂⒺ

Mei 1998: Ketika Jakarta Membara dan Orde Baru Runtuh

Minggu, Mei 25, 2025
Situasi di Pasar Minggu, Pada Tanggal 13 Mei 1998. (Dokumentasi Nasional)


Star News INDONESIAMinggu, (25 Mei 2025). JAKARTA - Mei 1998 menjadi titik balik dalam sejarah Indonesia. Di bulan itulah, gelombang kemarahan rakyat mencapai puncaknya, mengguncang fondasi kekuasaan Presiden Soeharto yang telah berkuasa selama lebih dari tiga dekade. 


Tragedi, keberanian, dan harapan bergulir dalam satu waktu. Jakarta membara, bukan hanya oleh kobaran api, tapi oleh semangat perubahan yang tak bisa lagi dibendung.


Akar dari gejolak ini telah tumbuh lama. Krisis moneter Asia yang melanda sejak 1997 membuat ekonomi Indonesia terpuruk. Nilai rupiah anjlok, harga-harga melambung, pengangguran merajalela. 


Namun, lebih dari sekadar krisis ekonomi, rakyat Indonesia muak dengan korupsi, kolusi, dan nepotisme (KKN) yang merajalela dalam tubuh Orde Baru.


Pada 12–15 Mei 1998, amarah rakyat meledak. Kerusuhan pecah di berbagai kota besar, terutama Jakarta. Gedung-gedung dijarah, toko-toko dibakar, dan nyawa pun melayang. 


Salah satu titik paling kelam adalah tragedi kemanusiaan berupa kekerasan terhadap etnis Tionghoa, yang hingga kini masih menyisakan luka mendalam. 


Sementara itu, para mahasiswa terus menduduki gedung DPR/MPR, menuntut Soeharto mundur.


Akhirnya, pada 21 Mei 1998, di tengah tekanan besar dan kehilangan dukungan dari para pejabat tinggi, Presiden Soeharto menyatakan mundur. 


Saat itu, jutaan rakyat Indonesia menyambutnya dengan haru, lega, sekaligus waswas. Era Orde Baru resmi berakhir, dan babak baru yang disebut Era Reformasi dimulai. Namun, Reformasi bukanlah akhir dari perjuangan. Ia adalah pintu pembuka untuk demokrasi yang lebih adil, transparan, dan berpihak pada rakyat. 


Saat ini, 27 tahun sejak peristiwa itu, kita diingatkan untuk tidak melupakan: bahwa kebebasan yang kita nikmati hari ini lahir dari pengorbanan mereka yang berani bersuara di saat paling gelap.


Mei 1998 bukan sekadar sejarah. Ia adalah pengingat akan harga mahal dari sebuah perubahan.



Penulis : Agus Suryadi

Editor : Regina Panjaitan

🅵🅾🆃🅾 🆃🅴🆁🅱🅰🆁🆄 :

Bagikan ini ke

ⓈⒽⒶⓇⒺ :

Komentar Anda

TerPopuler