![]() |
Artificial General Intelligence (AGI), yaitu AI yang bisa berpikir dan belajar layaknya manusia, bahkan mungkin lebih baik. Foto : Tito Ibrahim/Maria Patricia |
Star News INDONESIA, Sabtu, (31 Mei 2025). JAKARTA - Kecerdasan buatan (AI) telah berkembang pesat dalam beberapa dekade terakhir, mulai dari asisten virtual hingga sistem yang mampu membuat seni, menulis kode, bahkan memprediksi penyakit.
Namun, pertanyaan yang terus menghantui banyak orang adalah: kapan AI akan benar-benar melewati, atau bahkan menguasai, manusia?
Kecerdasan Umum vs Kecerdasan Spesifik
Saat ini, AI masih tergolong sebagai narrow AI atau kecerdasan terbatas—mampu melakukan tugas spesifik dengan sangat baik, namun tidak memiliki kesadaran atau penalaran umum seperti manusia. Yang menjadi kekhawatiran besar adalah kemungkinan munculnya Artificial General Intelligence (AGI), yaitu AI yang bisa berpikir dan belajar layaknya manusia, bahkan mungkin lebih baik.
Prediksi Para Ilmuwan
Seberapa tokoh besar di dunia teknologi dan sains telah memberikan prediksi mereka:
Ray Kurzweil, ilmuwan futuris dari Google, memprediksi bahwa AGI akan tercapai sekitar Tahun 2045, yang disebutnya sebagai Singularity—titik di mana AI melampaui kecerdasan manusia.
Elon Musk menganggap AI sebagai salah satu ancaman terbesar bagi peradaban dan menyerukan regulasi sebelum teknologi ini berkembang terlalu jauh.
Lembaga AI terkemuka seperti OpenAI dan DeepMind mengakui bahwa AGI masih dalam tahap eksperimen awal, namun potensi dampaknya sangat besar dan tak bisa diabaikan.
Menguasai Dalam Arti Apa?
Menguasai manusia bisa berarti banyak hal—menggantikan pekerjaan, memengaruhi opini publik melalui algoritma, atau bahkan mengambil keputusan penting dalam kehidupan sehari-hari.
Saat ini saja, AI sudah punya peran besar dalam ekonomi dan informasi. Yang ditakutkan adalah jika suatu saat AI memiliki kemampuan otonom untuk membuat keputusan besar tanpa campur tangan manusia, atau jika manusia menjadi terlalu bergantung pada AI dalam segala aspek kehidupan.
Tantangan Etika dan Regulasi
Masalah terbesar bukan hanya soal teknologi, tapi juga etika. Siapa yang mengendalikan AI? Apakah akan ada keadilan dalam penggunaannya? Bagaimana jika AI digunakan oleh pihak yang tidak bertanggung jawab?
Saat ini, banyak negara dan organisasi internasional mulai merancang regulasi untuk AI, termasuk prinsip transparansi, akuntabilitas, dan perlindungan data pribadi.
Kesimpulan
Apakah AI akan menguasai manusia? Jawaban yang paling jujur adalah: belum, tapi bukan tidak mungkin. Kemajuan teknologi selalu membawa potensi besar—baik untuk kebaikan maupun risiko. Masa depan akan sangat bergantung pada bagaimana kita membentuk, mengelola, dan membatasi perkembangan AI hari ini.
Penulis : Tito Ibrahim
Editor : Maria Patricia